Langsung ke konten utama

MODEL MOTIVASI ARCS, FAKTOR-FAKTOR DAN UPAYA-UPAYA DALAM MOTIVASI


Pendahuluan

Pada umumnya, pemandangan dalam kelas menunjukkan gambaran yang sangat kompleks, yang terdiri dari berbagai jenis kepribadian, potensi, latar belakang kehidupan, serta masalah belajar. Gambaran tersebut akan terasa lebih kompleks karena seorang pengajar juga membawa aneka ragam kepribadian, selera, serta berbagai resep yang diperoleh dari pengalaman mereka mengajar sebelumnya.
Sebagai seorang pengajar harus dapat memotivasi belajar pemelajar dalam segala situasi. Seorang pengajar harus mempunyai metode tersendiri untuk memberikan dorongan pada pemelajar agar mereka mau berubah dan mampu mencapai hasil yang memuaskan.
            Metode yang dilakukan dengan menggunakan prinsip dasar motivasi, yaitu bahwa setiap orang hanya mau mempelajari hal-hal yang menarik perhatiannya saja dan apa manfaatnya bagi dirinya. Agar belajar menjadi menarik dan bermanfaat ialah dengan mengikutsertakan pemelajar secara dalam memilih, menyusun rencana, dan  ikut terjun pada situasi belajar. Konsekuensinya adalah pemelajar dapat merasakan suatu tingkat pencapaian kekuatan dan penguasaan dalam belajar dan kemudian bertanggung jawab untuk melakukan rencana yang telah mereka susun itu.
Pentingnya motivasi kepada pemelajar merupakan hal yang perlu diketahui oleh para pengajar. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Sebagai seorang pengajar sangatlah penting untuk dapat memotivasi para pemelajar.
Dalam kegiatan belajar bagi si pemelajar itu sendiri motivasi sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses pembelajaran. Disinilah tugas seorang pengajar sebagai motivator si pemelajar agar lebih termotivasi untuk belajar di dalam  kelas. Untuk itu dalam  makalah ini akan dibahas mengenai model motivasi ARCS, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dan upaya-upaya dalam memotivasi.




Pembahasan

1.      Model Motivasi ARCS
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Dalam proses belajar dan pembelajatran ke empat kondisi motivasional tersebut sangat peting dipraktekan untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.
a.       Attention (perhatian)
Muncul didorong rasa ingin tahu, rasa ingin tahu seseorang dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Ada beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yakni :
Gunakan metode penyampaian yang bervariasi:
(1)   Gunakan media untuk m,elengkapi pembelajaran.
(2)   Gunakan humor dalam penyajian pembelajaran.
(3)   Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contok-contoh untuk memperjelas konsep yang diutarakan.
(4)   Dan gunakan tehnik bertanya melibatkan siswa.
  1. Relevance (relevansi)
Menunjukan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Ada tiga strategi yang bisa digunakan untuk menunjukan relevansi dalam pembelajaran:
(1)   Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajarn.
(2)   Jelaskan manfaat pengetahuan/keterampilan yang akan dipelajari.
(3)   Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tetentu.
  1. Condfidence (kepercayaan diri)
Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat dengan lingkungan. Motivasi akan meningkatkan sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah srategi untuk meningkatkan kepercayaan diri:
(1)   Meningkatkan harapan siswa untuk behasill dengan memperbanyak pengalaman berhasil.
(2)   Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut mempelajari banyak konsep sekaligus.
(3)   Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil.
(4)   Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan ditangan siswa.
(5)   Tumbuh kembang kepercayaan diri siswa dengan pernyataan-oernyataan yang membangun.
(6)   Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar siswa mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
d.      Satisfaction (kepuasaan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan mengasilkan kepuasan, siswa aqkan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa, siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa.
Ada sejumlah strategi untuk mecapai kepuasan, yakni:
(1)   Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informatif,bukan ancaman tu sejenisnya.
(2)   Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan/mempraktekan pengetahuan yang baru dipelajari.
(3)   Minta kepada siswa yang telah menguasai untuk membantu teman-temanya yang belum berhasil.
(4)   Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri dimasa lalu dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut pendapat ali imron dalam buku belajar dan pembelajaran (1996) mengemukakan ada enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah :
(1)   Cita-cita/aspirasi pembelajaran.
(2)   Kemampuan pembelajaran.
(3)   Kondisi pemelajar.
(4)   Kondisi lingkungan pemelajar.
(5)   Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran.
(6)   Upaya guru dalam membelajarkan pemelajaran.
Cita cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi seorang pemelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita implikasinya bisa terlihat dalam proses pembelajaran, misalnya seseorang yang memiliki cita-cita menjadi seorang dokter maka akan terlihat motivasi yang begitu kuat dari pemelajar ini untuk sungguh-sungguh belajar bahkan untuk menguasai lebih sempurna mata pelajaran-mata pelajaran yang berhubungan dengan kepentingannya untuk menjadi dokter. Begitu juga terjadi pada cita-cita yang lainnya.
Kemampuan pemelajar juga menjadi faktor penting dalam mempengruhi motivasi. Seperti bisa dipahami bersama bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu, belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya. Kemampuan pemelajar juga demikian. Korelasinya dengan motivasi akan terliat ketika si pemelajar mengetahui bahwa kemampuannya ada pada bidang tertentu maka ia akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasi dan mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut. Misalnya ia lebih mampu di bidang ekonomi maka motivasi untuk menguasai bidang ekonomi akan lebih besar.
Kondisi pemelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Hal ini bisa terliat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pemelajar. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan fisik seseorang. Jika kondisi fisik sedang kelelahan maka akan cenderung memiliki motivasi yang tinggi. Selain kondisi pisikisnya sedang tidak bagus misalnya sedang stres maka motivasi juga akan menurun tetapi sebaliknya jika kondisi psikologis seseorang dalam keadaan bagus,gembira, atau menyenangkan maka kecenderungan motivasinya akan tinggi.
Kondisi lingkungan pemelajar menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi bisa diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar. Misalnya, lingkungan fisik yang tidak nyaman untuk belajar akan berdampak pada menurunnya motivasi belajar. Selain itu lingkungan sosial juga berpengaruh, hal ini bisa diamati dari lingkungan sosial yang ada disekitar pembelajar seperti teman sepermainannya, lingkungan keluarganya, atau teman sekelasnya. Lingkungan sosial yang tidak menunjukan kebiasaan belajar dan mendukung kegiatan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, tetapi jika sebaliknya akan berdampak pada meningkatkan motivasi belajar.
Faktor dinamisasi belajar juga mempengaruhi motivasi. Hal ini bisa diamati pada sejauhmana upaya memotivasi si pemelajar dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran,alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagaimana bisa mendinamiskan proses pembelajaran. Makin dinamis suasana belajar maka cenderung akan memberi motivasi yang kuat dalam proses pembelajaran.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan mengenai motivasi:
v  Material harus bermakna dan berharga bagi peserta, tidak hanya bagi pelatih.
v  Yang harus termotivasi bukan hanya peserta tetapi juga pelatih itu sendiri. Sebab jika pelatih tidak termotivasi, pelatihan mungkin akan tidak menarik dan bahkan tidak mencapai tujuan yang diinginkan.
v  Seperti yang disebutkan dalam hukum kesesuaian (appropriateness), pelatih suatu ketika perlu mengidentifikasi satu kebutuhan kenapa peserta datang ke pelatihan. Pelatih biasanya dapat menciptakan motivasi dengan mengatakan bahwa sessi ini dapat memenuhi kebutuhan peserta.
v  Bergeraklah dari sisi tahu ke tidak tahu. Awali sessi dengan hal-hal atau poin-poin yang sudah akrab atau familiar bagi peserta. Secara perlahan-lahan bangun dan hubungkan poin-poin bersama sehingga setiap tahu kemana arah mereka di dalam proses pelatihan.

  1. Upaya-upaya Memotivasi Dalam Belajar
Dalam kenyataannya motivasi dalam belajar kadangkala naik begitu pesat tetapi juga kadang turun secara drastic. Karena itu perlu ada semacam upaya untuk memotivasi pemelajar. Ali Imron (1996) mengemukakan ada 4 upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pemelajar. Empat cara tersebut adalah: (1) mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar, (2) mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajar, (3) mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pemelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi. Jika guru tidak bergairah dalam proses pembelajaran maka akan cenderung menjadikan siswa atau pemelajar tidak memiliki motivasi belajar, tetapi sebaliknya jika guru memiliki gairah dalam membelajarka pemelajar maka motivasi pembelajar akan lebih baik. Hal-hal yang disajikan secara menarik oleh guru juga menjadi sesuatu yang mempengaruhi tumbuhnya motivasi pemelajar atau pengalaman/kemampuan yang telah dimiliki, (4) mengembangkan aspirasi dalam belajar.
Ada sejumlah prinsip-prinsip belajar yang harus dioptimalkan sebagai upaya memotivasi dalam belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah: prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan penguatan, dan prinsip individual antar pembelajar. Untuk mengoptimalkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang tepat dan menupayakan untuk menjaukan kendala-kendala yang ditemui dalam proses optimalisasi tersebut.
Optimalisasi unsur dinamis juga perlu dilakukan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara perlu kreativitas dalam menyiapkan alat-alat belajar bersama pemelajar. Selain itu bias juga dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar di luar sekolah.
Optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajar juga perlu dilakukan untuk memotivasi pemelajar. Hal ini bisa dengan beberapa cara, antara lain: (1) biarkan pemelajar menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya, (2) kaitkan pengalaman belajar saat ini dengan pengalaman masa lalu, (3) lakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki pembelajar misalnya melalui tes lisan atau tertulis, (4) beri kesempatan pemelajar untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
Cita-cita dan aspirasi juga penting dikembangkan sabagai upaya dalam memotivasi belajar si pemelajar. Setidaknya ada tiga langkah yang perlu dilakukan; (1) kenalilah aspirasi dan cita-cita si pemelajar, (2) komunikasikan hasil pengenalan tersebut kepada pemelajar dan orang tuanya, (3) buatlah program-program yang dapat mengembangkan cita-cita dan aspirasi pemelajar.






Analisis Kelebihan dan Kekurangan Model ARCS

Motivasi dalam pembentukan  mempunyai arti tersendiri dalam dunia pendidikan terutama dalam hal pembelajaran.fungsi pendidikan intinya adalah memnausiakan manusia. Pendidikan  itu sendiri harus mempunyai roh didalamnya yaitu belajar. Salah sati ciri kegiatan belajar adalah menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (behavioral changes) baik aktual maupun potensial. Guru sebagai aktor utama dalam pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar harus mampu memberikan aura semangat belajar dalam kelas.oleh karena itu diperlukan guru yang mampu memotivasi muridnya untuk belajar. Model  motivasi belajar ARCS yang dikembangkan oleh keller dan kop menitikberatkan kepada:
  • [A]ttention / Perhatian - strategi untuk memberangsang dan mengekalkan rasa ingin tahu dan minat
  • [R]elevance / Perkaitan - strategi untuk menghubungkan keperluan, minat dan motif pelajar.
  • [C]onfidence / Keyakinan - strategi untuk membantu pelajar membangunkan jangkaan positif untuk kejayaan pencapaian pembelajaran; dan
  • [S]atisfaction / Kepuasan - strategi untuk membekalkan pengukuhan ekstrinsik dan instrinsik. (Keller, 1983)
Penjelasan diatas memberikan gambaran terhadap rekonseptualisasi pendidikan dalam ranah belajar ini. Dibawah ini rekonseptualisasi berdasArkan analisis kelompok kami:








 



                                                                                                                       








Sumber : Penulis
Dengan adanya model ARCS ini diharapkan siswa mauopun mahsiswa dapat meningkatkan belajar pada akhirnya akan meninngkatkan kualitas siswa itu sendiri serta meningkatkan komunikatif-dialogis didalam kelas. Pemahaman model ARCS ini pun harus terus dikembangkan oleh guru sebagai ujung tombak dalam memotivasi para siswanya.
Menurut Wagimin LPP Universitas Sebelas Maret menjelaskan model ARCS ini yaitu:
          Attention (Perhatian)—Pembelajaran supaya menarik perhatian mahasiswa: metode bevariasi, media yang menarik, ada humor, contoh nyata, tanya jawab.
         Relevance (Relevansi)-–Ada hubungan antara materi dengan kebutuhan dan kondisi mahasis-wa:  nilai personal, nilai instrumental, nilai kultural: menjelaskan manfaat dan kegunaan, memberikan contoh-contoh, latihan, dan tes.
         Confidence (Percaya Diri)—Merasa dirinya kompeten atau mampu dengan adanya keberhasilan yang dicapai: meningkatkan harapan mahasiswa untuk berhasil, materi perkuliahan disusun menjadi bagian-bagian kecil, menumbuh-kembangkan kepercayaan mahasiswa.
         Satisfaction (Kepuasan)—Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan. Strateginya: Gunakan pujian dan umpan balik, beri kesempatan mahasiswa mempraktekkan apa yang baru dipelajari, menugasi yang menguasai untuk membantu sesama teman, suruh mahasiswa membandingkan prestasinya dengan prestasi sebelumnya.
Namun fungsi motivasi ini harus disepakati bahwa motivasi itu untuk memberikan impact terhadap siswa atau mahsiswa dalam proses belajar dan jangka waktu yang lama sehingga belajar menjadi kebutuhan. Pun manusia adalah makhluk yang aktif atau autoaktif. Serta besran tingkatan motivasi seseorang dengan orang lain tidaklah sama. Dalam buku Pengantar pedagogic disebutkan motivasi dapat divisualkan dari apa perbuatan yang dihasilkannya. Beberapa aspek visual itui ialah:
*Seberapa besar tenaga yang dipergunakan
*Seberapa besar gigihnya usaha meskipun menghadapi bermacam-macam rintangan
*Untuk dapat mengungguli orang lain

Dalam model ARCS ini hanya memberikan motivasi dan proses dari ARCS tidak memberikan efek ketika tidak adanya proses keberlanjutan. Terlebih kebutuhan motivasi setiap orang berbeda-beda. Menurut Maslow kebutuhan tertentu merupakan dasar kebutuhan yang lain. Maka dalam model ARCS ini man dulu yang didahulukan menjadi suatu kebingan tersendiri. Terlebih ketika dalam suatu kelas guru harus dihadapkan banyak siswa dan mahasiswa yang kebutuhan motivasinya berbeda-beda. Tidak ada jaminan dengan adanya model ARCS semua siswa dan Mahasiswa dapat menerimanya.







Kesimpulan

Banyak teknik yang dapat dipergunakan guru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Guru hendaknya selalu ingat betapa pentingnya memeberikan alasan-alasan kepada siswa mengapa ia harus belajar dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk berprestasi sebaik-baiknya. Guru juga perlu menjelaskan kepada siswa-siswa apa yang diharapkan dari mereka selama dan sesudah proses belajar berlangsung.  Lebih jauh, guru perlu megusahakan agar siswa-siswa mengetahui tujuan jangka pendek dari pelajaran yang sedang diikutinya. Ingatlah bahwa ada cara-cara yang efektif dan ada pula cara-cara yang tidak efektif dalam memberikan penghargaan ntuk meningkatkan kegiatan belajar, sikap terhadap belajar dan sikap terhadap diri sendiri siswa, tetapi jangan lupa bahwa untuk siswa-siswa tertenu mungkin dapat merusak motivasi belajar mereka. Oleh karena itu anda sebagai guru harus hati-hati dalam melaksanakan tes dan memberikan angka atau nilai kepada siswa.
Cobalah guru melakukan sesuatu yang menimbulkan kekaguman kepada siswa untuk merangsang dorongan ingin tahunya. Memang baik sekali untuk menimbulkan minat belajar, jika sekali-sekali guru memberikan kegiatan dengan memperkenalkan suatu yang baru bagi siswa-siswa. Berilah siswa-siswa kesempatan untuk mendapatkan penghargaan. Jadikan periode belajar awal menjadi mudah bagi siswa dan usahakan agar semua siswa mendapat kesempatan untuk merasa sukses. Tingkatkan motivasi siswa dengan merangsang perasaan ingin tahu dengan cara memperkenalkan contoh-contoh yang khas dalam menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Doronglah siswa untruk mempergunakan pengetahuan atau keterampilan atau pengalaman yang telah mereka pelajari dari materi sebelumnya untuk mempelajari materi-materi yang baru. Cobalah masukan unsur permainan dalam proses belajar untuk menarik minat dan memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Doronglah siswa anda untuk melaksanakan usaha-usaha penemuan atau berbagai percobaan untuk menemukan suatu yang belum pernah ada.
Guru haruslah berusaha untuk sedapat mungkin mengurangi persaingan di antara siswa-siswa dalam meningkatkan motivasi untuk mencapai prestasi akademis. Jauhilah hal-hal atau kejadian-kejadian yang menimbulkan keengganan siswa belajar, baik yang merupakan ketidakenakan secara fisik maupun yang menyebabkan hilangnya harga diri siswa. Jangan ada keinginan guru untuk menghukum siswa dengan maksud agar siswa belajar, tapi sebaliknya berilah mereka penghargaan. Terakhir yang patut diperhatikan oleh guru dalam meningkatkan motivasi siswa adalah bahwa guru hendaknya sensitif terhadap suasana/iklim sosial sekolah dan memahami benar bagaimana pengaruh iklim sosial itu terhadap nilai-nilai yang dianut siswa.
Guru hendaklah hati-hati terhadap apa yang sedang berlangsusng di dalam kelasnya dan mencoba mersakan apabila mengajar suatu topik dengan cara tetentu. Buatlah kumpulan pengalaman mengajar anda untuk dijadikan cermin dalam mengadakan perbaikan-perbaikan . janganlah takut melakukan berbagai percobaan untuk menemukan cara yang baik dalam mengajar. Oleh karena itu anda harus yakin akan pentingnya belajar melalui pengalaman. Jika suatu cara yang anda lakukan berjalan lancar, lakukan lagi; tetapi jika cara itu tidak atau sedikit sekali memotivasi siswa belajar, tinggalkanlah cara itu. Mengajar adalah suatu proses yang menuntut perbaikan secara hati-hati dan terus menerus.

















Daftar Pustaka

·        http://www.edukasi.net
·        Petersen,Lindy. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar ,2004, Jakarta: Grasindo
  • Evelin siregar & Hartini Nara (2007). Buku Bahan Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: MKDK FIP UNJ
  • Dra. Elida Prayitno. Motivasi dalam Belajar, 1989 , Jakarta: FKIP IKIP Padang



              


Komentar

  1. makalah anda sangat bagus untuk di jadikan bahan saya, terima kasih dan saya izin ambil sebagian materi.

    BalasHapus
  2. Terimakasih informasinya sangat bermanfaat untuk bahan makalah dan presentasi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI BELAJAR

I Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG                         Dalam setiap studi pendidikan dan penerapannya dilapangan, banyak ditemukan kendala dan berbagai macam permasalahan. Ditambah lagi pendidikan di indonesia menuntut peserta didik harus menguasai standar kopetensi yang telah ada. Banyak diantara mereka kesulitan dalam mencapai standar tersebut. Maka dari itu, dalam makala ini kami mencoba menelaah dan menganalisis pemasalahan permasalahan yang menjadi kendala bagi peserta didik, terutama kondisi belajar. Pemilihan tema ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar peserta didik, bagaimana menyelesaikan permasalahan yang timbul, dan memberikan solusi yang tepat dalam penerapannya di dunia nyata. Pemilihan tema ini juga bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban kami untuk membuat makalah ini dalam mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. 1.2 TUJUAN                         Pemilihan tema ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar peserta didik, bagaimana

SUMBER BELAJAR

   BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematik yang meliputi banyak komponen. Komponen tersebut antara lain adalah tujuan, bahan pelajaran, metode, alat dan sumber belajar serta evaluasi. Sumber belajar merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Menurut Rohani :   Sebuah kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan instruksional jika melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya. Sumber belajar yang beraneka ragam disekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain maupun non desain belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Sebagian besar guru kecenderugan dalam pembelajaran memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber belajar utama. Keadaan ini diperparah p

penilaian alternatif

     BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang             Kegiatan penilaian sangat bersifat kuantitatif. Dan lebih banyak diarahkan pada upaya memeriksa perbedaan-perbedaan individual. Dalam bidang pendidikan, berbagai alat uji/ tes diarahkan pula untuk mengukur perbedaan individual antara siswa yang satu dan siswa-siswa yang lain dalam setiap bidang studi.             Dilihat dari prosedur pengembangan, penilaian selalu diorientasikan pada upaya mengembangkan alat uji yang objektif dan baku. Tanpa adanya standar yang digunakan sebagai   norma, penilaian kurang berarti. Untuk menentukan norma yang berlaku bagi setiap alat uji yang sedang dikembangkan, alat uji tersebut perlu dicobakan pada sejumlah sampel tertentu dalam situasi yang terkontrol.             Penilaian itu bukan pengukuran atau prediksi, melainkan interpretasi atau judgment. Interpretasi selalu menunjuk adanya perbandingan. Penilaian tidak dimaksudkan untuk menghasilkan hukuman yang bersifat umu