Langsung ke konten utama

masalah belajar dan prosedur diagnosa


BAB I
PENDAHULUAN


Sebelum membahas lebih lanjut tentang masalah belajar, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi masalah belajar. Apakah itu masalah? Banyak ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang (1) tidak disukai adanya, (2) menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, (3) ingin atau perlu dihilangkan.
Sedangkan belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa pengertian belajar oleh para ahli antara lain:
1.    Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
2.    Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
3.    Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Dari beberapa definisi masalah dan belajar maka dapat didefinisikan masalah belajar sebagai berikut :
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Anak-anak pada usia dini terkadang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung. Hal ini terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-anak yang memiliki kesulitan dalam belajar.
Masa belajar di sekolah merupakan masa transisi, masa tercapainya kematangan dan masa persiapan untuk mencapai kehidupan dewasa yang berarti. Seringkali pada diri siswa timbul permasalahan-permasalahan yang dapat mempengaruhi seluruh pola perilakunya, sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajar.
Fenomena ini kemudian menjadi perhatian para ilmuan yang tertarik dengan masalah kesulitan belajar. Keuntungannya ialah, mereka mencoba menemukan metode-metode yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut tetap dapat belajar dan mencapai apa yang diharapkan guru dan orang tua.
Dari hal-hal tersebut di ataslah sehingga kami tertarik untuk menyusun makalah ini dengan kajian tentang masalah belajar pada anak didik. Karena pada realitanya nanti dengan latar studi pendidikan yang kami ambil, yang notabene akan menjadi seorang pendidik, pasti akan menghadapi masalah-masalah belajar anak didik.















BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian
Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yg sekarang terjadi belumlah sempurna dan keyakinan bahwa masa depan bisa dibuat jadi lebih baik sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi seseorang.
Masalah belajar suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

2.2 Masalah-Masalah Belajar
Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu :
§  Faktor Internal
§  Faktor Eksternal
Dari faktor-faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi siswa sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru, pembimbing). Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar misalnya:
·        Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata.
·        Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
·        Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
·        Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui, acuh tak acuh, berpura-pura, dusta dan lain-lain.
·        Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti: mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, selalu sedih.
·        Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.
·        Dan lain sebagainya.
2.2.1  Faktor Internal
Faktor internal adalah Faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Antara lain faktor fisiologi (bersifat fisik) dan faktor psikologi (keadaan jiwa dan  rohani) :
A.      Fisiologis
Faktor Fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan jasmani seseorang, antara lain:
1)        Karena sakit. Seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, dengan saraf sensoris dan motorisnya yang lemah sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi tidak baik dan akan tertinggal dalam pelajaran.
2)        Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya.
3)        Karena cacat tubuh. yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
B.      Psikologis
Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi:
1)        Intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak didiknya.
2)        Bakat. Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggalan.
3)        Minat. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapannya sehingga menimbulkan problema pada dirinya.
4)        Motivasi. Adalah keadaan internal manusia yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong sesorang untuk interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk mencapai prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
5)        Faktor Kesehatan Mental. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Karena kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik.
6)        Tipe-Tipe Khusus seorang pelajar. Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang anak. Ada tipe audio, visual, motorik dan campuran.  

2.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah belajar yang berasal dari luar diri siswa. Yang termasuk faktor Eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
A. Lingkungan Keluarga
1)        Orang Tua. Cara orang tua mendidik, hubungan orang tua dan anak serta bimbingan dari orang tua dapat membuat anak kesulitan belajar. Misalnya cara didik orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak tentram, tidak senang dirumah dan lebih mencari teman sebayanya hingga lupa belajar. Sebaliknya orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan tergantung pada orang tua hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas, hingga prestasinya menurun. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2)        Suasana Rumah/Keluarga. Suasana yang sangat gaduh/ramai atau pun suasana yang slalu tegang, anak akan slalu terganggu konsentrasinya, sehingga sulit untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
3)        Keadaan Ekonomi Keluarga. Keluarga yang ekonominya rendah sudah pasti akan menjadi masalah dalam belajar karena untuk membeli alat-alat tulis, uang sekolah dan biaya lainnya. Sebaliknya Keluarga yang ekonominya berlebihan anaknya cenderung enggan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang.
4)        Latar Belakang Kebudayaan. Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik, agar mendorong anak untuk belajar.
B.   Lingkungan Guru
1)        Guru. Guru dapat juga menjadi faktor masalah dalam belajar siswanya.Guru yang tidak kualifield, hubungan guru dengan murid kurang baik, serta metode pengajaran guru. Semua itu dapat membuat murid kesulitan belajar.
2)        Hubungan Antar Murid. Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Maka guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar individual siswa berlangsung dengan baik.
3)        Metode Pengajaran. Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Sedangkan guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapar membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
 C. Lingkungan Masyarakat
1)        Teman Bergaul. Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai memdapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah menular kepada anak lain.
2)        Pola Hidup Lingkungan. Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
3)        Kegiatan Dalam Masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olahraga dan lain sebagainya. Jika kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.
4)        Mass media. Meliputi: bioskop, TV, video-kaset, Surat Kabar, Majalah, novel, buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugas belajar.
2. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dibedakan menjadi:
A.  Sarana dan Prasarana Sekolah.
1)        Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual.
2)        Media Pendidikan. Seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, Komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.
3)        Keadaan Gedung. Keadaan gedung yang sudah tua dan tidak direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang, sehingga akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa.
4)        Sarana Belajar. Sarana Belajar yang kurang lengkap tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar siswa.
B.   Waktu Belajar.
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak istirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari, sebab mereka masih segar, dan jasmani dalam kondisi baik.
C.   Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
D.  Alam
Dengan berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi  belajar siswa pun akan kurang optimal.


2.3 Prosedur Mendiagnosa Masalah Belajar
            Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.
            Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah:
A.      Mengidentifikasi adanya masalah belajar.
B.      Menelaah/menetapkan status siswa.
C.      Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
D.     Menentukan Pemecahan dan saran tindak lanjut masalah belajar.

A.   Mengidentifikasi Adanya Masalah Belajar.
            Mengidentifikasi adanya masalah belajar adalah memperkirakan murid yang mengalami kesulitan belajar. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru melakukan diagnosis masalah belajar. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam berbagai bentuk seperti:suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.

B.   Menelaah/Menetapkan Status Siswa.
            Tahap ini merupakan identifikasi hakekat dan luasnya dari pada kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid. Tahap ini yang paling efisien dalam mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar yakni menemukan sampai sejauh mana siswa dapat mencapai berbagai tujuan yang diharapkan oleh guru/sekolah. Dengan kata lain kita menentukan pola kekuatan dan kelemahannya siswa dalam belajar. Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
1)      Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid.
2)      Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.
3)      Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.

C.  Memperkirakan Sebab Terjadinya Masalah Belajar.
Tahap diagnosa ini ialah menduga apa yang menyebabkan pola kekuatan dan kelemahan siswa itu. Tahap ini berdasarkan asumsi bahwa kita tidak dapat mengambil keputusan secara bijaksana bagaimana membantu siswa mengatasi kesulitannya, bila kita tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi sebab kesulitannya. Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar:
1)      Gajala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda.
2)      Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda.
3)      Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.
Untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar, salah satu cara bisa diadakan wawancara atau interview. Salah satu caranya dengan menggunakan daftar angket yang telah disusun sebelumnya.
Daftar angket tersebut dapat berisi tentang:
-       Pelajaran-pelajaran yang disenangi
-       Pelajaran-pelajaran yang tak disenangi.
-       Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pelajaran
-       Cara belajar, lama belajar di rumah, kesungguhan belajar, kawan dalan belajar.
-       Perhatian orang tua
-       Sakit yang pernah dialami, kelemahan fisiknya dan lain-lain.
Dari interview dengan daftar angket yang sudah diberikan, dapat diperoleh data tentang latar belakang anak tersebut. Seperti misalnya: pelajaran apa yang dia sukai dan yang tidak dia sukai; bagaimana perhatian orang tuanya dirumah? atau apakah Murid jarang bertemu dengan orang tua karena kesibukan orang tuanya? ; Bagaimana Iklim kondisi belajar dipengaruhi secara dominan oleh lingkungan, baik dari teman-teman maupun sistem atau metode belajar? ; Apakah mempunyai kegiatan di luar sekolah atau tidak? ; Berapa jam lama tidar dalam satu hari? ; Bagaimana menegemen waktu belajarnya?; Atau pun masalah kesehatannya.
Dari hasil angket yang diberikan kita dapat memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar yang dialami murid. Seperti contohnya karena:
a)      Kurang suka dengan matematika dan fisika;
b)      Kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar;
c)      Tidak bisa konsentrasi sepenuhnya pada pelajaran;
d)      Tidak mempunyai minat belajar;
e)      Dan permasalahan belajar lainnya.

D.   Menentukan Pemecahan Masalah Belajar.
            Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari pada kesulitan yang dihadapi murid. Atau apabila sebab itu tidak dapat disembuhkan, hal ini menjadi tahap untuk memberikan bantuan kepada murid tersebut dalam belajar yang sesuai dengan sebabnya. Pertanyaan pokok dalam hal ini ialah: “Bagaimana kita dapat menolong murid sebaik-baiknya dalam mengatasi atau mengkompensasikan kesulitan-kesulitannya dalam belajar?”. Yaitu dengan mengambil langkah atau teknik-teknik/metode-metode mana yang harus digunakan untuk membantu memecahkan kesulitan murid atau untuk merubah lingkungannya.      

2.4 Analisa Kelebihan dan Kekurangan Topik

Masalah belajar dipandang sebagai ketidaksesuaian suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Merujuk kepada pengertian masalah belajar, maka jenis-jenis masalah belajar di sekolah dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami:
1.      Keterlambatan akademik , yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2.      Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki I Q 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
3.      Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus .
4.      Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, maka seolah-olah tampak jera dan malas.
5.      Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui, dan sebagainya.
6.      Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.

Semua hal yang tersebut diatas akan dapat menimbulkan menurunnya prestasi belajar mereka.
Murid yang mengalami masalah belajar, dapat diidentifikasi dengan memperhatikan prosedur mendiagnosa masalah belajar. Dalam hal ini penulis mengambil contoh seorang murid yang memiliki masalah belajar pada pelajaran matematika dan fisika.

Diagnosis Kesulitan Belajar terhadap Bidang Studi Matematika dan Fisika
1. Keadaan Siswa
Sesuai dengan angket di atas, maka dapat ditarik diagnosis permasalahan yang dihadapi siswa dengan gambaran keadaan siswa sebagai berikut :
a. Secara umum
1) Siswa jarang bertemu dengan orang tua karena kesibukan orang tuanya;
2) Iklim kondisi belajar dipengaruhi secara dominan oleh lingkungan, baik dari teman-teman maupun sistem atau metode belajar;
3) Mempunyai kegiatan di luar sekolah yang padat, baik kegiatan ekstra kurikuler atau kegiatan yang lain;
4) Lama tidur dalam satu hari rata-rata selama 5 jam, ini berarti lebih sedikit dari rata-rata tidur pada umumnya yaitu 8 jam;
5) Rata-rata lama belajar dalam satu hari hanya 1 (satu) jam.
b. Secara khusus
1) Kurang suka dengan matematika dan fisika;
2) Kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab masalah
Dari masalah-masalah yang dapat diambil praktikan sebagaimana tersebut di atas maka untuk selanjutnya praktikan menemukan akar-akar permasalahan sebagai berikut :
a. Masalah kesulitan belajar
1) Masalah sulit memahami materi matematika;
2) Tidak bisa konsentrasi sepenuhnya pada pelajaran;
3) Padatnya pelajaran-pelajaran lain di luar sekolah;
b. Masalah gangguan psikologi
1) Tidak mempunyai minat belajar;
2) Belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru;
3) Jarang bertemu dengan orang tua, sehingga harus memikirkan dan memenuhi segala sesuatu secara mandiri;
4) Hobi bermalas-malasan sehingga berpengaruh pada minat belajar.

Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan ( manifestasi ). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.
Guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.



















BAB III
PENUTUP


Kesimpulan

·        Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
·        Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu : (1) Faktor Internal dan (2) Faktor Eksternal.
·        Faktor Internal adalah Faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Faktor ini dibedakan menjadi 2 , yaitu:  faktor fisiologi (bersifat fisik) seperti: karena sakit, kurang sehat, dan cacat tubuh. Dan faktor psikologi (keadaan jiwa dan  rohani) seperti: intelegensi, bakat, minat, motivasi faktor kesehatan mental, dan tipe-tipe khusus.
·        Faktor Eksternal adalah faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah belajar yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini dibedakan menjadi 2 yaitu: Faktor Sosial seperti:lingkungan keluarga, guru dan masyarakat. Dan faktor Non-Sosial seperti:sarana dan prasarana belajar, waktu belajar, rumah, dan alam.
·        Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.
·        Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah:
A.      Mengidentifikasi adanya masalah belajar.
B.      Menelaah/menetapkan status siswa.
C.      Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
D.     Menentukan Pemecahan dan saran tindak lanjut masalah belajar.


DAFTAR PUSTAKA



-      Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo.1991. Psikologi Belajar. Solo: Rineka cipta.
-      Partowisastro, Koestoer dan Hadisuparto, A. 1986. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
-      Partowisastro, Koestoer dan Hadisuparto, A. 1986. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
-      Sinegar, Eviline dan Nara, Hartini. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UNJ.
-      Dr. Mary Go Setiawani. 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup,
-      http://www.e-dukasi.net/pengpop/pp_full.php?ppid=314&fname=  materi4. html


Makalah
MASALAH BELAJAR dan
PROSEDUR MENDIAGNOSA MASALAH BELAJAR


 












Tugas Mata Kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran



Oleh :
Kelompok 6
Fajar Setya W.           (4315087095)
Mogie Prasidaya W.  (4315087098)
Nur Jayanti                 (4315087053)


Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta

 
Jakarta 2010
KATA PENGANTAR


Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik mungkin.
Dalam penyusunan makalah ini, kami berusaha secara semaksimal mungkin memberi informasi bagi pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini. Namun besar harapan kami agar makalah ini dapat diterima oleh seluruh pihak dan dapat memberi banyak manfaat bagi pembaca.
 Kami sangat berharap agar tugas Teori Belajar dan Pembelajaran ini dapat bermanfaat, baik dalam menambah pengetahuan atau sebagai sumber informasi. Kami juga sangat berharap pembaca berkenan memberikan saran ataupun kritik.  Namun besar harapan kami agar tugas ini dapat diterima oleh seluruh pihak dan dapat memberi banyak manfaat bagi pembaca.

                                                                                          Jakarta, Februari 2010


                                                                                                            Penyusun









i
 
 

DAFTAR ISI


Halaman Judul
KATA PENGANTAR    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  i
DAFTAR ISI      . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  ii
BAB I        PENDAHULUAN      . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB II       PEMBAHASAN
2.1  Pengertian masalah belajar    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2.2  Masalah-masalah belajar      . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  3
        2.2.1 Faktor Internal    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  4
        2.2.1 Faktor Eksternal   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  6
2.3  Prosedur mendiagnosa      . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  9
2.4  Analisa Kelebihan dan Kekurangan Topik       . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   12
BAB III      PENUTUP
3.1 Kesimpulan       . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
Daftar Pustaka   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17


ii
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI BELAJAR

I Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG                         Dalam setiap studi pendidikan dan penerapannya dilapangan, banyak ditemukan kendala dan berbagai macam permasalahan. Ditambah lagi pendidikan di indonesia menuntut peserta didik harus menguasai standar kopetensi yang telah ada. Banyak diantara mereka kesulitan dalam mencapai standar tersebut. Maka dari itu, dalam makala ini kami mencoba menelaah dan menganalisis pemasalahan permasalahan yang menjadi kendala bagi peserta didik, terutama kondisi belajar. Pemilihan tema ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar peserta didik, bagaimana menyelesaikan permasalahan yang timbul, dan memberikan solusi yang tepat dalam penerapannya di dunia nyata. Pemilihan tema ini juga bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban kami untuk membuat makalah ini dalam mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. 1.2 TUJUAN                         Pemilihan tema ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar peserta didik, bagaimana

SUMBER BELAJAR

   BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematik yang meliputi banyak komponen. Komponen tersebut antara lain adalah tujuan, bahan pelajaran, metode, alat dan sumber belajar serta evaluasi. Sumber belajar merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Menurut Rohani :   Sebuah kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan instruksional jika melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya. Sumber belajar yang beraneka ragam disekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain maupun non desain belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Sebagian besar guru kecenderugan dalam pembelajaran memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber belajar utama. Keadaan ini diperparah p

penilaian alternatif

     BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang             Kegiatan penilaian sangat bersifat kuantitatif. Dan lebih banyak diarahkan pada upaya memeriksa perbedaan-perbedaan individual. Dalam bidang pendidikan, berbagai alat uji/ tes diarahkan pula untuk mengukur perbedaan individual antara siswa yang satu dan siswa-siswa yang lain dalam setiap bidang studi.             Dilihat dari prosedur pengembangan, penilaian selalu diorientasikan pada upaya mengembangkan alat uji yang objektif dan baku. Tanpa adanya standar yang digunakan sebagai   norma, penilaian kurang berarti. Untuk menentukan norma yang berlaku bagi setiap alat uji yang sedang dikembangkan, alat uji tersebut perlu dicobakan pada sejumlah sampel tertentu dalam situasi yang terkontrol.             Penilaian itu bukan pengukuran atau prediksi, melainkan interpretasi atau judgment. Interpretasi selalu menunjuk adanya perbandingan. Penilaian tidak dimaksudkan untuk menghasilkan hukuman yang bersifat umu