BAB I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANG
Permasalahan Pencemaran, baik pencemaran air, udara maupun tanah yang skala penyebarannya sudah cukup meluas, utamanya bersumber dari industri, rumah tangga, usaha-usaha kecil dan pasar dengan segala jenis limbahnya, terutama sampah dari rumah tangga. Berbagai jenis pencemar ditemukan dalam limbah ataupun bahan untuk keperluan rumah tangga. Bahan ini dapat ditemukan sebagai bahan kimia organik atau anorganik, di dalam limbah maupun tidak. Daya pencemaran yang ditimbulkan selain dari sifat yang dimiliki juga tergantung pada volume.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis-jenis pencemaran yang terdapat di wilayah pedesaan dan perkotaan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyabab pencemaran
3. Untuk mengetahui dampak-dampak yang di timbulkan dari pencemaran tersebut
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi atau mencegah terjadinya pencemaran baik itu di kawasan pedesaan maupun perkotaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. JENIS-JENIS PENCEMARAN DI KAWASAN PERKOTAAN DAN PEDESAAN
1. PENCEMARAN UDARA
Pertumbuhan polusi kota dan tingakt industrialisasi yang tak terhindar, akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebih besar, pada umumnya akan menghasilkan pembuabuangan limbah atau zat pencemar lebih banyak.pembakaran bahan bakar posil untuk pemanasan rumahtangga untuk pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dalam proses-proses industri dan pembuangan limbah padat dengan pembakaran merupakan sumber utama dari pembuangan limbah zat-zat pencemar didaerah perkotaan.
Zat-zat pencemar udara yang paling sering dijumpai dilingkungan perkotaan adalah: SO2, NO dan NO2, CO, O3, SPM (Suspended Particulate Matter) dan Pb. SO2 berperan dalam terjadinya hujan asam dan polusi partikel sulfat aerosol. NO2 berperan terhadap polusi partikel dan deposit asam dan prekusor ozon yang merupakan unsur pokok dari kabut fotokimia. Asap dan debu termasuk polusi partikel. Ozon, CO, SPM, dan Pb seluruhnya telah dibuktikan memberi pengaruh yang merugikan kesehatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap, mengarah terbentuknya produksi SO2, NO dan NO2 serta Pb, sedangkan masing-masing berminyak solar jelas terbukti menghasilkan sejumlah partikel dan SO2 sebagai tambahan dari NO dan NO2.
Walaupun penemuan-penemuan pembuangan limbah cair secara rinci tidak tersedia luas bagi kota-kota itu sendiri. Berdasarkan observasi nasional dan adanya peningkatan registrasi kendaraan bermotor akhir-akhir ini, dapat disimpulkan bahwa kendaran bermotor merupakan sumber utama dari zat-zat pencemar udara terutama CO, NO, dan NO2, SPM dimayoritas dikota-kota besar dinegara industri.
Suatu hal yang perlu diperhatikan pada beberapa negara berkembang adalah
cenderung banyaknya kendaraan bermotor tua dan tak terawat sehingga jelas merupakan suatu faktor yang menunjukkan kendaraan tersebut adalah sumber zat-zat pencemar. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor didunia saat ini dipusatkan kedalam kelompok ekonomi pendapatan tinggi dunia. Pada tahun 1988, negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mencatat bahwa dari 80% jenis-jenis mobil didunia: 70%nya adalah jenis truk dan bus-bus , >50% merupakan kendaraan beroda dua dan tiga.
cenderung banyaknya kendaraan bermotor tua dan tak terawat sehingga jelas merupakan suatu faktor yang menunjukkan kendaraan tersebut adalah sumber zat-zat pencemar. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor didunia saat ini dipusatkan kedalam kelompok ekonomi pendapatan tinggi dunia. Pada tahun 1988, negara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) mencatat bahwa dari 80% jenis-jenis mobil didunia: 70%nya adalah jenis truk dan bus-bus , >50% merupakan kendaraan beroda dua dan tiga.
Bahan-bahan kimia tersebut dikeluarkan dari bermacam-macam sumber seperti pembakaran sampah, pabrik-pabrik pengelolah limbah, proses-proses industri dan manufaktur, dry cleaning, bahan-bahan bangunan, dan kendaraan bermotor. Walaupun emisi-emisi zat kimia ini umumnya lebih rendah kadarnya dibandingkan zat pencemar tradisionil, namun jelas polutan ini memberi resiko terhadap kesehatan sehubungan dengan daya racun mereka yang sangat tinggi atau bersifat karsinogenik bahkan bisa keduanya. Zat-zat polutan ini lebih sering dianalisa karena rendahnya konsentrasi mereka diudara, juga karena pengawasan yang sangat kurang. Untuk itu dilakukan pengawasan secara otomatis.
2. PENCEMARAN AIR
Air atau sumber air baku di wilayah perkotaan di Indonesia nampaknya berpotensi besar terkena pencemaran dibanding dengan daerah hulu atau perdesaan.
v Air Permukaan
Semua sungai di Jawa Barat dan wilayah-wilayah perkotaan Bogor, Depok, Bekasi, Bandung dan Cirebon tidak cocok untuk pemakaian langsung. Sungai-sungainya sangat kotor terutama di bagian hilir sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai aktivitas kehidupan.
Sekitar 19% penduduk membuang langsung limbah/tinja ke badan-badan air, menggambarkan adanya muatan organik (sekitar 4400 ton fosfor per tahun) yang dibuang langsung. Tidak ada data berapa jumlah sesungguhnya P dan N yang melewati saluran-saluran di perkotaan yang masuk ke sungai akibat pembuangan limbah/tinja tersebut dan rembesan dari septic tanks.
Pabrik tekstil dan industri garmen adalah tidak hanya sebagai sumber polusi organik, melainkan yang lebih penting adalah polusi logam berat, pestisida, detergen dan zat pewarna. Dampaknya berupa berubahnya keasaman air yang menurunkan kemampuan badan air untuk menopang kehidupan. Logam berat, minyak, dan hidrokarbon lainnya, asam dan alkalis adalah tipe polutan yang berasal dari industri logam dan kendaraan bermotor. Logam-logam berat yang paling banyak berasal dari industri tekstil, cat, dan kendaraan bermotor adalah cadmium, chromium, copper, timbal, mercury, nikel dan seng.
v Air Tanah
Di daerah pedesaan Jawa Barat diperkirakan baru 11% penduduk yang telah mendapat sambungan pipa air bersih, sementara di daerah perkotaannya telah mencapai 33%.
Diperkirakan sekitar 68% penduduk pedesaan dan 48% penduduk kota di Jawa Barat memenuhi kebutuhan airnya dari sumber air di lapangan. Jadi, kemungkinan 25 – 30 juta penduduk, kesehatan dan kesejahteraannya bergantung pada kualitas airtanah yang ada.
Sumber pencemaran dan jenisnya tergantung pada tipe air tanah yang disadap. Di wilayah pesisir, sumur-sumur dangkal terkontaminasi oleh intrusi air asin. Disamping itu sumur-sumur dangkal sangat rawan terhadap kontaminasi bakteri dan zat beracun dari air limpasan dan lindian dari tempat pembuangan sampah.
Diperkirakan sekitar 68% penduduk pedesaan dan 48% penduduk kota di Jawa Barat memenuhi kebutuhan airnya dari sumber air di lapangan. Jadi, kemungkinan 25 – 30 juta penduduk, kesehatan dan kesejahteraannya bergantung pada kualitas airtanah yang ada.
Sumber pencemaran dan jenisnya tergantung pada tipe air tanah yang disadap. Di wilayah pesisir, sumur-sumur dangkal terkontaminasi oleh intrusi air asin. Disamping itu sumur-sumur dangkal sangat rawan terhadap kontaminasi bakteri dan zat beracun dari air limpasan dan lindian dari tempat pembuangan sampah.
3. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena : kebocoran limbah cair atau bahan kimia industry atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak; zat kimia atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industry yang langsung di buang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Pengambilan air tanah yang meningkat dari tahun ke tahun berimplikasi terhadap penurunan muka air tanah. Penurunan muka air tanah secara drastis terutama terjadi di Cekungan Bandung yang mencapai penurunan sekitar 2 – 5 m per tahun.
Persoalan lingkungan lainnya yang dihadapi di Jawa Barat adalah belum tertanganinya kerusakan kawasan pesisir. Di wilayah pesisir utara Jawa Barat, kerusakan kawasan ditandai oleh kerusakan hutan bakau, abarasi pantai, serta pendangkalan muara sungai yang berdampak pada aktivitas lalulintas perahu. Tingkat abrasi yang terjadi di pantai selatan sekitar 35,35 ha/tahun dan di pantai utara sekitar 370,3 ha/tahun dengan indeks pencemar air laut antara 7,391-9,843 yang menunjukan sudah tercemar berat.
Apabila dikaitkan dengan kondisi kemiringan lereng/topografi, sifat tanah dan curah hujan, menunjukan wilayah rawan bencana, sehingga Jawa Barat memerlukan kawasan lindung .
4. PENCEMARAN AKIBAT SAMPAH
Sampah masih menjadi masalah utama penyebab dari pencemaran. Sebagai contohnya Jakarta ibukota Negara kita yang masih dipenuhi ceceran sampah yang dibiarkan menumpuk di sungai, saluran air, dan pasar. Tumpukan sampah ini menjadi sumber pencemaran tanah, air, dan udara.Sampah - sampah ini juga menyebabkan masalah banjir di Jakarta tidak pernah tuntas teratasi. Akhir pekan kemarin, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengakui, setiap hari terdapat sekitar 2.000 meter kubik sampah tidak terangkut.
Produksi yang terus menerus dan keterbatasan jumlah armada pengangkut membuat sampah sampah itu tidak terangkut dengan baik. Akibat banyaknya jumlah sampah yang tidak terangkut, volume tumpukan sampah di bantaran sungai setiap hari bertambah.Di seluruh Jakarta, terdapat 13 aliran sungai utama dan tak terhitung jumlah anak anak sungai maupun saluran saluran pembuangan. Kasat mata, di setiap aliran air, selalu saja terlihat sampah, baik yang mengapung hanyut dalam arus atau menumpuk di sepanjang tepiannya.
Warta Kota/Ichwan Chasani MINGGU, 3 MEI 2009 | 21:33 WIB
Ratusan siswa SD di kawasan Bantargebang Bekasi mengikuti lomba pemilahan sampah. Lomba ini bertujuan mendidik siswa sejak dini agar peka terhadap kondisi lingkungannya.
Limbah sampah yang begitu banyak di pesisir pantai, sekitar Tempat Pelelangan Ikan Cilincing mengakibatkan nelayan sulit mendapatkan ikan.
Hingga kini, baru TPA Kota Bekasi yang sepenuhnya memenuhi kriteria persyaratan tersebut. Dari 59 TPA yang ada di Jawa Barat, hanya 5 saja yang mempunyai luas 10 ha, dan ada 10 TPA dengan luas tapaknya masing-masing satu hektar atau kurang dari satu hektar.
Dari 59 TPA resmi di Jawa Barat tersebut seluruhnya dioperasikan sebagai tapak “open dumping”, sehingga memberikan kontribusi terhadap pencemaran air yaitu dengan meresapnya air lindian kedalam air tanah, juga terangkutnya lindian bersama-sama dengan air larian (runoff), dan terhadap pencemaran udara yaitu melalui hembusan asap pembakaran sampah di TPA.
Dari 59 TPA resmi di Jawa Barat tersebut seluruhnya dioperasikan sebagai tapak “open dumping”, sehingga memberikan kontribusi terhadap pencemaran air yaitu dengan meresapnya air lindian kedalam air tanah, juga terangkutnya lindian bersama-sama dengan air larian (runoff), dan terhadap pencemaran udara yaitu melalui hembusan asap pembakaran sampah di TPA.
Lokasi TPA juga berbahaya terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja, khususnya terhadap para pemulung liar yang mengais nafkahnya di lokasi TPA. Sementara itu, 12 TPA yang semula dirancang sebagai “sanitary land fill”, ternyata tidak dioperasikan sesuai rencana karena terbatasnya tenaga operator yang terlatih, atau terbatasnya sarana penunjang untuk mengoperasikanTPAtersebut.
Di Indonesia belum ada undang-undang tentang pengelolaan sampah secara nasional. Dengan perkecualian untuk Kota Bandung, pembuangan sampah dikoordinasi oleh sektor publik di bawah instansi/dinas khusus. Tergantung daerahnya, instansi ini mungkin bernama Dinas Kebersihan atau Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Pada umumnya instansi-instansi ini hanya sedikit memiliki staf yang profesional, kurang memahami bagaimana mengelola persampahan dan dampaknya terhadap lingkungan.
5. PENCEMARAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
Di Indonesia telah mempunyai satu tempat atau stasiun resmi yang dirancang dan dikelola untuk pengolahan limbah berbahaya tersebut, yaitu di Cileungsi, Kabupaten Bogor. Fasilitas yang ada di stasiun tersebut dioperasikan oleh perusahaan swasta PT PPLI-B3, dimana pemerintah secara terus menerus mengawasi kinerja perusahaan patungan dengan mitra nasional dan internasional tersebut. Hingga tahun 1999, stasiun tersebut telah menerima kiriman limbah B3 dari 540 industri pelanggan, dan akan terus ditingkatkan dalam memproses limbah B3 tersebut sejalan dengan makin luasnya permintaan dari industri itu sendiri.
B. DAMPAK-DAMPAK YANG DI TIMBULKAN DARI PENCEMARAN
1. DAMPAK DARI PENCEMARAN UDARA
v Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
Studi ADB memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
v Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
v Dampak terhadap lingkungan
Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
§ Mempengaruhi kualitas air permukaan
§ Merusak tanaman
§ Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
§ Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
§ Pencairan es di kutub
§ Perubahan iklim regional dan global
§ Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
2. DAMPAK DARI PENCEMARAN AIR
Penduduk perkotaan sangat rawan pencemar dari air yang mereka konsumsi. Karena air dangkal dan air permukaan hampir sebagian besar sumber air sudah terkontaminasi. 35 persen Perusahaan Daerah Air Minum di Indonesia memanfaatkan air tanah. Padahal air tanah dangkal yang digunakan sebagai sumber air minum sangat rawan pencemaran. Baik dari limbah industri, limbah domestik, limbah pertanian yang makin meningkat.
Dari penelitian yang di lakukan Nana Terangna Gintingdi 34 waduk dan 40 sungai di Indonesia dalam rangka meraih gelar profesor riset di Departemen Pekerjaan Umum 1995-2000 pada 40 sungai perkotaan menunjukkan 35 persen sungai tercemar berat. Sedangkan 65 persen tercemar ringan. Menurutnya sungai-sungai itu seluruhnya tidak memenuhi baku mutu sumber kelas I untuk air baku IPAM. Bahkan di beberapa sungai di Jawa Barat tercemar detergen, logam berat dan minyak.
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya.Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.
Pentingnya upaya penyelamatan dan pelestarian sumber air dan menjaga dari pencemaran. penegakan hukum dan aturan untuk menjaga kualitas air. perlu upaya jangka pendek dan jangka panjang untuk menyelamatkan air dan kualitasnya. Dalam beberapa waktu mendapat masalah air menjadi masalah krusial. saat ini sudah tampak gejala kekeringan dan krisis air di berbagai daerah. Penyebabnya karena rusaknya hutan dan tangkapan air untuk mendukung konservasi air. Selain itu juga terjadinya pencemaran.
3. DAMPAK DARI PENCEMARAN TANAH
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan popullasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.
Timbal sangat berbahaya untuk anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta krusakan ginjal pada seluruh populasi. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzene pada konsentarsi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia.
Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit. Yang jelas pada dosis yanf besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun / berbahaya bahkan pada dosis terendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolism dari mikroorganisme endemic dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan.
Dampak terhadap pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunannya hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman dimana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
4. DAMPAK DARI PENCEMARAN LIMBAH ATAU SAMPAH
Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat dari jenis parameter pencemar dan konsentrasinya dalam air limbah.Dari satu sisi suatu limbah mempunyai parameter tunggal dengan konsentrasi yang relatif tinggi, misalnya Fe. Di sisi lain ada limbah dengan 10 parameter tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya bukan yang mana lebih baik daripada yang terburuk, melainkan yang manakah seharusnya lebih mendapat prioritas.
Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan pencemarnya semakin banyak. Kaitan antara volume limbah dengan volume badan penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang mencolok jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi ukuran tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Pabrik yang secara kontinu membuang limbah berbeda dengan pabrik yang membuang limbah secara periodik walau konsentrasi pencemar sama, dan jumlah buangannya pun sama. Pengaruh terhadap lingkungan mengalami perbedaan. Semakin banyak frekuensi pembuangan limbah,semakin tinggi tingkat pencemaran yang ditimbulkan.
BAB III
KESIMPULAN
Semua jenis pencemaran baik itu di kota maupun di desa banyak memberikan dampak-dampak negatif. Rusaknya lingkungan, membuat orang miskin menjadi lebih miskin, dan mudah sakit. Kondisi itu diperparah dengan penggunaan air bersih secara tidak efisien sehingga ketersediaan air bersih semakin berkurang. Sangat di harapkan air limbah kebutuhan domestik bisa didaur ulang guna dimanfaatkan kembali, misalnya untuk mencuci kendaraan. Selain itu, juga menghemat penggunaan air bersih. Di sisi lain, pencemaran udara akibat gas buang kendaraan seperti timbal dan karbon monoksida juga mencemaskan karena melebihi ambang batas di beberapa wilayah. Di tambah lagi dengan pencemaran sampah dan limbah bahan berbahaya yang tidak di kelola dengan baik dan efisien yang memperburuk kondisi lingkungan dan masyarakat.
Oleh karena itu demi kepentingan dan kesejahteraan kita bersama, sangat di perlukan upaya-upaya untuk menghindari ataupun mengurangi pencemaran-pencemaran tersebut. Antara pemerintah dan masyarakat baik yang di pedesaan maupun di perkotaan harus di adakan kerjasama dalam penanganannya.
REFERENSI
Yusad, Y. 2003. Polusi Udara Di Kota Besar Dunia. Fakultas Kesehatan Msyarakat USU. Medan.
Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta : Djambatan.
www.tempointeraktif.com
Komentar
Posting Komentar