Langsung ke konten utama

morfologi karst


MORFOLOGI KARST
Karst ialah suatu bentang alam formasi batuan karbonat (CaCO3, MgCO3 atau campuran keduanya) yang telah mengalami proses pelarutan. Batuan karbonat terlarut oleh asam karbonat (H2CO3) yang terbentuk akibat interaksi air hujan dengan  CO2 atmosferik maupun oleh CO2 biogenik, yang berasal dari sisa tanaman yang membusuk (humus) di atas permukaan tanah Kata karst  berasal dari bahasa Jerman, yang mengambil alih kata carso dari bahasa Italia, atau krs dari bahasa Slovenia. Di Indonesia, ada usaha geologiwan yang menterjemahkannya dengan istilah curing.
Kawasan karst - ialah suatu bentangalam yang menampakkan karakteristik relief dan drainase yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan batu-batuannya di dalam air, yang lebih tinggi dari kawasan lain.  
Proses pembentukan geomorfologi karst sangat dipengaruhi oleh proses:  
Kimia (pelarutan dan pengendapan)  
H20     +          CO2                      H2CO3
Air            karbon dioksida     asam karbonat                                                   

H2CO3   +   CaCO3                    Ca(HCO3)2                                                             
Batu gamping                       Kalsium bikarbonat      
                                               
Ca2+  + 2HCO32 
Fisis Pelapukan, peretakan, patahan, gravitasi transfer, peruntuhan, erosi  
Yang bisa menampakkan  relief karst :
Batuan karbonat - Kalsium karbonat. Kalsium magnesium karbonat (dolomit) Evaporit - Lebih mudah larut dari batuan karbonat: Halit (NaCl, KCl) Gipsum.  
 
Faktor-faktor yang mempengaruhinya :     
1)   Litologi-Jenis kemurnian batuan karbonat. -Kelulusan (permeabilitas) batuan. -Kesarangan (porositas) batuan. -Kemampatan (compactness) batuan.     
2)   Sistem percelahan-rekahan pada batuan.     
3)   Tektonisme.     
4)   Sistem kekar-sesar-patahan yang ada.     
5)   Iklim masa lalu dan masa kini. Intensitas curah hujan.   (tropical karst, arid karst)     
6)   Kualitas air hujan (hujan asam)     
7)   Jenis penutup di atasnya (tanah, vegetasi, batuan klastik, dsb)     
8)   Ketinggian di atas permukaan laut.(lowland, middle, highland karst).     
9)   Pengaruh uap air laut(coastal exposure surface)  
10)   Pengaruh aliran sungai (fluvial karst)  
11)   Pengaruh vulkanisme.(abu gunung berapi)  
12)   Proses fisiko-kimiawi, seperti case hardening, yaitu represipitasi batugamping yang larut oleh air hujan.  
13)   Pengaruh biologis (lichen-algae-akar pepohonan-detritus, dsb).  
14)   Perusakan lingkungan karst oleh ulah manusia.  
Gvozdeckij (1965) melakukan klasifikasi karst sebagai berikut :
1)    Karst terbuka (bare karst). Tidak tertutup apa-apa.
2)    Karst tertutup (covered karst), oleh sedimen yang tidak ada hubungannya dengan masa batugamping itu sendiri.(aluvium, sandstone, fluvoglacial).
3)    Karst tertutup tanah yang berasal dari batugamping itu sendiri (terra rossa)
4)    Karst terpendam (burried karst). Tertutup sempurna oleh batu-batuan yang lebih muda, secara kebetulan ditemukan sewaktu diadakan pengeboran atau membuat sumuran.
5)    Karst tropic
Beberapa bentukan morfologi karst :
Doline            
         Doline ialah cekungan tertutup (close depression) yang memiliki kedalaman antara 2 m sampai 100 m dengan diameter 10 m sampai 1000 m. Umumnya berkelompok dan dapat juga berjauhan.

Sinking creek                
      Sinking creek ialah sungai yang mengalir di daerah karst tetapi menghilang karena masuk ke aliran bawah tanah.

Sink            
      Sink merupakan tempat sungai permukaan lenyap (surface runoff), yaitu dimana air menghilang secara difusi melalui material alluvium.  

Swallow Hole            
      Swallow hole terjadi apabila sungai permukaan menghilang melalui lubang yang nyata terlihat.

Danau Karst            
      Letaknya biasanya berada pada cekungan, terbentuk karena dasarnya kedap air akibat akumulasi dari lumpur atau bahan residu pelapukan yang kedap air. Danau karst sering disebut danau perenial bila dijumpai sepanjang tahun, dan non perenial jika hanya dijumpai pada musim hujan.


Bentukan Karst Mikro
   Obyek penelitian yang amat menarik perhatian para ahli geomorfologi karst, ialah  variasi bentukan yang tampak pada permukaan batuan karbonat, akibat proses pelarutan atau pelapukan. Banyak sekali nama yang lokal yang digunakan untuk mendeskripsi aneka bentukan ini, tetapi kini semua bentukan mikro itu dikenal dengan sebutan  Karren, Lapies atau Schratten.
 
Morfologi karren itu tergantung dari :
1.       Distribusi, sifat dan banyaknya hujan. (air maupun salju)
2.       Sifat fisik dan kimiawi batugamping.
3.       Reaksi kimiawi yang meliputi CaCO3, CO2 dan H2O.
4.       Ada tidak adanya penutup tanah, tanaman, humus dsb.
5.       Sudut kelandaian permukaan batugamping
6.       Fase iklim masa lampau.  
Morfogenesis Endokarst  
Faktor-faktor yang mempengaruhi :   
1)     Infiltrasi.   
2)     Perkolasi.   
3)     Rhizolith (sistem perakaran tanaman)   
4)     Korosi (Chemical erosion)   
5)     Korasi (Mechanical erosion)   
6)     Proses peruntuhan ruangan bawah tanah. (Collapse of underground voids)   
7)     Tektonisme dan gempa bumi.   
8)     Sistem kekar-sesar-patahan.   
9)     Kegiatan pertambangan.
10)    Sedimentasi dalam gua.
11)    Pengendapan batukapur atau kalsit (speleothems).    


GEOMORFOLOGI  BENTUKAN AEOLIN
Gerakan angin pada suatu daerah tertentu dapat membentuk suatu bentuk lahan yang spesifik, dengan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1.      Tersedia material ukuran pasir halus dan debu dalam jumlah yang cukup banyak.
2.      Terdapat periode kering yang panjang dan angin yang mampu mengangkut material tersebut di atas.
3.      Tidak banyak vegetasi yang menghalangi gerakan angin.
Kerja angin mengikis, mengangkut dan mengendapkan.
Hasil kerja angin tersebut berupa bentuk lahan yang di sebut gumuk pasir dan endapan debu.
Gumuk pasir
Gumuk pasir     : gundukan pasir yang berbukit.
·        Merupakan wilayah yang disekitarnya mempunyai pasir sebagai sumbrnya, dan angin yang kuat, bukan hanya di daerah gurun.
·        Di daerah pantai bergisik, dan dekat sungai yang dasarnya berpasir dapat terbentuk gumuk pasir.
·        Gumuk pasir memiliki bentuk yang tidak semetris, pada lereng yang menghadap angin landai dan lereng yang berlawanan dengan arah angin yang bertebing terjal
·        Bentuk gemuk pasir dari hasil gerakan angin dapat bergeser atau berubah bentuk dalam setahun gerakan tersebut dapat mencapai 30 meter.
·        Bentuk-bentuk gumuk pasir adalah:
1.      Melintang
2.      Bulan sabit
3.      Parabola
4.      Memanjang
Gumuk pasir melintang (trasverse)
·        Gumuk pasir yang posisinya/arah melintang terhadap arah gerakan angin
·        Gumuk pasir ini terlihat seperti ombak di daerah padang pasir yang luas dengan punggung melengkung
·        Terdapat di daerah yang cadangan pasirnya cukup banyak dan sedikit vegetasi
·        Tingginya dapat mencapai 15 meter lebih
·        Bila cadangan pasirnya menurun dapat berubah menjadi bentuk bulan sabit
Gumuk pasir bulan sabit (barchan)
·        Terbentuk di daerah yang cadangan pasirnya tidak cukup besar
·        Memiliki dua ujung tanduk yang bentuknya simetri, tetapi pada puncaknya tidak semetri
·        Ketinggian puncaknya dapat mencapai 30 meter
·        Gumuk pasir bulan ini mudah berpindah atau bergeser
Gumuk pasir parabola
·        Gumuk pasir yang hampir mirip dengan gumuk pasir bulan sabit, tetapi pada kedua ujung tanduknya lebih panjang dan cenderung menghadap arah datangnya angin
·        Pada kedua ujung tanduknya umumnya terdapat vegetasi yang menahan datangnya angin dan menyebabkan bagian tengah dari gumuk pasir tersebut bergeser, sehingga terjadi bentuk seperti jepit rambut
·        Bentuk kedua ujungnya hampir simetri dan bagian puncaknya tidak simetri, ketinggian dapat mencapai 15 meter
Gumuk pasir memanjang (longitudinal)
·        Gumuk pasir ini bentuknya memanjang yang dapat mencapai ratusan meter, yaitu dengan bentuk searah datangnya angin
·        Hal ini disebabkan gerakan angin yang arahnya hampir tetap sepanjang tahun
·        Di daerah gurun pasir panjangnya dapat mencapai kilometeran dan tinggi puncak mencapai 200-300 meter.
Debu endapan angin (loess)
·        Pada daerah endapan loess bahan utama penyusun adalah debu dan diselingi dengan pasir dan liat.
·        Umumnya daerah tanah endapan loess masih memiliki curah hujan seperti tanah endapan Illinois dan Iowa dengan curah hujan sebesar 75-100 cm/th dan merupakan daerah pertanian yang cukup besar
·        Daerah endapan tanah loess umumnya tidak jauh dari daerah gurun, karena ukurannya kecil debunya masih terbawa ke tempat lainnya
·        Di Cina tanah endapan loess ketebalannya dapat mencapai 150 m yang berasal dari daerah gurun gobi
·        Ketebalan tanah makin dekat dengan sumbernya semakin tebal dan berkurang semakin jauh dengan sumbernya
·        Tanah loess umumnya berwarna kuning, sepanjang bidang vertical terpecah-pecah
·        Tanah loess akan menjadi padat apabila di gunakan untuk pembangunan jalan, sehingga atau bangunan yang menyebabkan drainase menjadi buruk, sehingga mudah terjadi genangan air.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI BELAJAR

I Pendahuluan 1.1 LATAR BELAKANG                         Dalam setiap studi pendidikan dan penerapannya dilapangan, banyak ditemukan kendala dan berbagai macam permasalahan. Ditambah lagi pendidikan di indonesia menuntut peserta didik harus menguasai standar kopetensi yang telah ada. Banyak diantara mereka kesulitan dalam mencapai standar tersebut. Maka dari itu, dalam makala ini kami mencoba menelaah dan menganalisis pemasalahan permasalahan yang menjadi kendala bagi peserta didik, terutama kondisi belajar. Pemilihan tema ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar peserta didik, bagaimana menyelesaikan permasalahan yang timbul, dan memberikan solusi yang tepat dalam penerapannya di dunia nyata. Pemilihan tema ini juga bertujuan untuk menyelesaikan kewajiban kami untuk membuat makalah ini dalam mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran. 1.2 TUJUAN                         Pemilihan tema ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar peserta didik, bagaimana

SUMBER BELAJAR

   BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematik yang meliputi banyak komponen. Komponen tersebut antara lain adalah tujuan, bahan pelajaran, metode, alat dan sumber belajar serta evaluasi. Sumber belajar merupakan suatu unsur yang memiliki peranan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Menurut Rohani :   Sebuah kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan instruksional jika melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya. Sumber belajar yang beraneka ragam disekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain maupun non desain belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Sebagian besar guru kecenderugan dalam pembelajaran memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber belajar utama. Keadaan ini diperparah p

penilaian alternatif

     BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang             Kegiatan penilaian sangat bersifat kuantitatif. Dan lebih banyak diarahkan pada upaya memeriksa perbedaan-perbedaan individual. Dalam bidang pendidikan, berbagai alat uji/ tes diarahkan pula untuk mengukur perbedaan individual antara siswa yang satu dan siswa-siswa yang lain dalam setiap bidang studi.             Dilihat dari prosedur pengembangan, penilaian selalu diorientasikan pada upaya mengembangkan alat uji yang objektif dan baku. Tanpa adanya standar yang digunakan sebagai   norma, penilaian kurang berarti. Untuk menentukan norma yang berlaku bagi setiap alat uji yang sedang dikembangkan, alat uji tersebut perlu dicobakan pada sejumlah sampel tertentu dalam situasi yang terkontrol.             Penilaian itu bukan pengukuran atau prediksi, melainkan interpretasi atau judgment. Interpretasi selalu menunjuk adanya perbandingan. Penilaian tidak dimaksudkan untuk menghasilkan hukuman yang bersifat umu