Homestay Villa Java Beach ( Pkl. 18.30 – 21.00)
Sampai di home stay saya langsung buru-buru ke kamar karena saya harus pertama yang pakai kamar mandinya hehehehe. Ya berhubung di kamar ada 5 orang cewek yang udah pasti klo mandi pasti pada lama-lama banget jadi harus cepet-cepetan hehehehe. Sebenarnya di bawah juga disedikan kamar mandi luar dan banyak pancuran sekedar untuk membersihkan diri dari pasir yang menempel.
Setelah selesai mandi segera mengecek anak-anak lainnya yang belum mandi agar segera mandi dan membersihkan kamarnya masing-masing dan bagi yang muslim segera sholat magrib dan Isya di jamak di Pendopo. Setelah selesai sholat saatnya makan malam bersama. Seharusnya setelah makan malam anak-anak memiliki free time, boleh main monopoli, kartu atau pun karaoke (fasilitas yang tersedia dari homestay). Tapi mengingat kegiatan mereka hari ini dari pagi dini hari sampai sore sudah menghabiskan banyak tenaga jadi kami guru memutuskan agar anak-anak segera masuk ke kamar masing-masing dan lekas istirahat apalagi besok kita harus tetap bangun pagi-pagi sekali untuk berburu sunrise. Walaupun begitu masih ada saja beberapa anak yang sangat susah disuruh masuk kamar untuk tidur.
Hari ke-2, Destinasi
ke-4 Pantai Lagoan Pari atau Pantai Lagun Pari (Pkl. 03.30 – 08.30)
Huwahh . . . . perasaan
baru tidur sebentar tapi anak-anak diluar udah pada ribut aja, mereka sangat
semangat sekali. Rencana awal memang kita berangkat menuju pantai lagoan pari
sekitar jam 04.00 pagi. Tapi setelah kita semua siap berangkat ternyata guide
dan makanan kami untuk sarapan belum juga siap dan datang ke penginapan.
Awalnya kita mau sholat subuh di pinggir pantai, tapi berhubung sudah
keburu adzan subuh di home stay, jadilah kami sholat subuh di homestay.
Setelah sarapan didistribusikan kepada masing-masing anak segeralah kami
berangkat menuju Pantai Laguan Pari.
Ketika kami berangkat
menuju Pantai Laguan Pari keadaannya masih gelap, matahari belum keluar dari
persembunyiannya. Rata-rata jalan disana pun belum mendapatkan penerangan yang
cukup jadi kami mengandalkan penerangan dari senter kami masing-masing.
Ternyata tracking menuju Pantai Laguan Pari tidak seperti yang kami bayangkan,
tracknya cukup esktrem ditambah lagi dengan semalam sebelumnya daerah Sawarna
dan sekitarnya sempat diguyur hujan, menambah tantangan buat kami. Awal perjalanan
kami masih melalui perkampungan yang sepi (karena masih subuh), lapangan yang
ilalangnya tinggi, pinggir sungai, kembali kami bertemu dengan jembatan
gantung, tapi jembatan gantung ini special tidak seperti jembatan gantung yang
sebelum-sebelumnya kami lewati, lebih sederhana mudah bergoyang-goyang dan
tidak ada penerangan. Untuk anak-anak cewek ini menjadi tantangan yang sangat
seru. Setelah itu kami melalui pos tiket, untuk masuk ke Pantai Laguan Pari
dikenakan tiket Rp.5.000/orang. Track yang harus kami lalui selanjutnya adalah
perbukitan berbatu yang berarti jalannya akan menanjak dan menurun, daerah
perladangan yang banyak ilalangnya. Lama-lama matahari mulai terang sedangkan
perjalanan belum juga terlihat akan berakhir. Sudah banyak dari anggota yang
mulai mengeluh. Maklum mereka bukan anak-anak yang biasa tracking. Lama-lama
mulai terdengar suara debuaran ombak dari jauh, kembali memunculkan semangat
kami.
Huiii . . . . .
Alhamdullilah akhirnya setelah jalan kaki 1 – 1,5 jam kami sampai juga di Pantai
Laguan Pari, anak-anak mulai lupa diri lari-lari menyeburkan diri ke pantai.
Tapi sebelum itu guru-guru menyuruh mereka sarapan dulu baru bermain air agar
tidak mudah masuk angin. Karakteristik Pantai Laguan pari adalah pantai yang
sangat indah dan alami, belum terlalu banyak dijamah oleh wisatawan mungkin
karena letaknya yang tersembunyi dan jauh dari penginapan. Pantai ini juga
sangat asik dijadikan sebagai tempat berenang karena ombaknya yang tidak
terlalu besar seperti Pantai Ciatir dan tidak terlalu banyak karang seperti di
Pantai Tanjung Layar. Airnya pun sangat jernih dan berpasir putih. Sangat
nikmat sekali pagi-pagi sudah bisa melihat keindahan pantai seperti ini. Di
bagian pantai lain dari pantai ini ada batuan karang yang cukup besar, karena
karangnya ditutupi lumut jadi tidak terlalu sakit kita injak dengan
bertelanjang kaki. Di sela-sela karang banyak terdapat kolam-kolam kecil dimana
anda bisa melihat biota laut seperti ikan kecil yang badannya transparan,
kerang ataupun keong laut. Mr Yunus pun sempat berenang ke tengah lautan. Saya
yang seperti biasa sibuk candid foto-fotoin anak-anak sambil menikmati pagi
yang menakjubkan yang mungkin jarang terjadi dalam hidup saya.
Cowo-cowo bikin apa tuh ya? |
1....2....3..... ya lompat |
Lagi pada cari apa si? |
Mataharinya masih malu-malu |
Hayo . . . lagi pada nyari apa |
Main yang anteng ya nak! ms Eka nyantai dulu |
Renang sekalian mandi pagi |
Catching my sun |
Ga bisa dilarang buat ga main air |
Destinasi ke-5 Pantai Karang
Taraje (Pkl. 08.30 – 10.00)
Setelah dirasa cukup
lama bermain-main saatnya pindah ke destinasi terakhir dalam perjalanan ini,
saatnya menuju Pantai Karang Taraje, kebetulan Pantai Karang Taraje masih satu
kawasan dengan Pantai Laguan Pari jadi jarak kedua pantai ini cukup berdekatan.
Tetapi walaupun begitu kedua pantai ini memiliki karakteristik yang sangat
berbeda. Jika di Pantai Lagoan Pari kami menemukan pantai yang damai dan
berpasir putih sedangkan Pantai Karang Taraje merupakan pantai yang didominasi oleh karang yang cukup tinggi
dengan ombaknya yang besar.
Setelah jalan kaki sekitar
10 – 15 menit menyelusuri Pantai Laguan Pari sampailah kami di Pantai Karang
Taraje, Pantai ini termasuk pantai yang masih sepi pengunjung, tapi justru
disitulah keistimewaanya, anda dapat menikmati pemandangan yang menakjubkan
diiringi dengan deburan ombak yang memecah batu karang yang dapat menenangkan
jiwa dan membuat kita kembali segar. Seperti namanya sejauh anda memandang,
pantai ini hanya terdiri dari hamparan karang tinggi-tinggi terdapat juga
karang yang tingginya mencapai 5 meter, sangat cocok sekali untuk anda yang
hobi fotografi alam. Karang Taraje dalam bahasa sunda berarti Karang bertingkat
(Taraje : tingkat-red) dinamakan tersebut karena bentuk karang disini sangat
unik dan menarik bentuk karangnya yang berundak seperti tangga. Yang paling
indah dari ini semua adalah ketika melihat ombak yang sangat besar mendeburkan
batu karang dan sebagian limpahannya air mengalir dan jatuh dibalik karang,
jika dilihat tampak seperti air terjun. Pemandangan yang langka anda temui
bukan?
Jalan menuju Pantai Karang Taraje |
Boys hati-hati ya, tinggi loh itu |
Ini lagi malah ikut-ikutan naik |
Pantai Lagoan Pari dilihat dari Pantai Karang Taraje |
Sedikit merasa ngeri juga klo lihat ombak seperti ini |
Pantainya dipenuhi batu karang |
Mulai bingung mau main apaan |
Untung nemu sedikit air, masih bisa berenang-renang |
Pantai karang dan ombak besar, perpaduan sempurna |
Tidak bosan-bosan melihat fenomena alam ini |
Biar tambah bagus harus ada saya, hehehe.... |
Untuk orang dewasa
mungkin inilah yang dicari-cari keindahan alam dan ketenangang, tapi berbeda
dengan anak-anak mereka merasa bosan disini karena tidak ada tempat yang bisa
mereka pakai untuk berenang, satu-satunya tempat adalah semacam kolam air
sisa-sisa dari air pasang yang tidak memiliki arus atau di dekat karang yang
sudah pasti akan menarik siapapun yang jatuh ke
dalamnya. Walaupun bergitu mereka tetap memilih berenang-renang dikolam tak
berarus sambil mencari biota laut. Kami tidak menghabiskan waktu banyak disini
setelah puas melihat-lihat sekitar saatnya kembali ke home stay karena jam
13.00 kita harus segera meninggalkan Sawarna.
Untuk kembali ke
penginapan itu berarti kita harus kembali melewati jalan yang sama yang kita
lalui ketika berangkat, kembali lagi ke Pantai Laguan Pari, melewati daerah
perbukitan, tanjakan dan turunan berbatu, menyebrangi sungai, pemukiman warga
hanya saja bedanya ketika pulang jam sudah menunjukan mendekati jam 11.00 yang
artinya matahari sudah mulai terik sedangkan persedian minum kami masing-masing
sudah mulai menipis. Sebenarnya disini banyak terdapat ojek, banyak yang
nawarin malah, untuk pertama para ojek menanwarkan harga Rp.50.000 sampai di
penginapan, tapi kata guide kami jangan mau karena harga biasanya hanya
RP.25.000 saja. Banyak anak-anak yang ingin naik ojek mungkin karena mereka
mulai kelelahan habis bermain, tapi kami guru-guru tidak mengijinkan mereka
naik ojek kecuali yang sakit dan anak-anak karena kami ingin mengajarkan mereka
solidaritas antar teman dan pantang menyerah dalam melakukan perjalanan.
Keputusannya hanya Valen dan anak ms Niken dan Mr Izzat saja yang naik ojek
karena memang kondisi mereka tidak memungkinkan untuk diajak jalan kaki lagi.
Anak laki-laki yang
masih gagah mereka jalan lebih cepat bersama Mr. Izzat di depan, sedangkan saya
dan Ms. Niken menemani anak perenpuan, sedangkan Mr Yunus, Mr Febri dan gide
sebagai tim penyapu yang tugasnya memastikan dari semua rombongan tidak ada
yang tertinggal ataupun kesasar dan menemani anak-anak yang memang jalannya
tidak bisa cepat-cepat. Selama perjalanan pulang tidak henti-hentinya kami
guru-guru memotivasi mereka dan mengalihkan pembicaraan agar perjalanan tidak
bergitu terasa. Tapi memang jujur perjalanan pulang tidak semudah ketika kami
berangkat. Matahari yang terik dan sudah tidak ada air menjadikan perjalanan
sedikit lebih berat memang saya akui itu. Satu-satunya motivasi kami adalah
indomaret. Indomaret membuat kami bersemangat sampai tujuan. Setelah sampai
indomaret kami langsung serbu tempat minuman dingin, langsung minum nanti
dibayar hahahahaha. Lega sekali rasanya bisa menghabiskan mogu-mogu dalam
sekali tegak. Setelah puas beli minuman segera kami menuju homestay untuk mandi
dan packing, setelah selesai packing dan memastikan disetiap kamar tidak ada
barang yang tertinggal, segera sholat Dzuhur yang dijamak dengan Ashar lalu
makan siang terakhir di Sawarna. Tepat sebelum jam 13.00 kami berpamitan dan
berterimakasih kepada penjaga homestay.
Perjalanan pulang kami
melewati jalan memutar, jalanannya kerennya seperti sedang ditengah-tengah
hutan. Kanan-kiri dilihat hanya berupa pohon-pohonan lebat berasa seperti
sedang bersafari dan Ooopss . . . . ketika sedang asik menikmati pemandangan
ternyata kami dihadapi kembali dengan tanjakan yang cukup curam. Saatnya semua
turun dan kembali jalan kaki penuh keringatan menanjak. Selama menanjak itu pun
kami banyak menemukan dan melihat hewan liar termasuk ular. Dengan jahilnya
salah satu murid saya melemparkan ular itu ke dekat saya, kontak saya langsung
jerit-jerit ga jelas sambil kelojotan Hahahaha . . . . . Alhamdullilah
perjalanan pulang selanjutnya kami tidak perlu turun-turun lagi karena tanjakan
curam, karena perjalanan pulang didominasi dengan turunan. Sama seperti ketika
berangkat, saat perjalanan pulang pun kami hanya berenti sebentar di daerah
karang hau untuk membeli souvenir dan sekedar jajan pop mie. Di desa Sawarnanya
sendiri anda tidak akan menemukan toko khas cendramata dari sana, paling hanya
bisa beli gula aren. Perjalanan selanjutnya didominasi oleh kemacetan terutama
ketika kami sampai di daerah jalan raya Sukabumi dimana memang banyak terdapat
pabrik. Diluar dugaan termyata kami baru sampai di Depok (Sekolah) sekitar jam
23.00. Sesampai di sekolah sudah banyak orang tua yang dating bersiap menjemput
anaknya, karena memang sepanjang perjalanan saya berkomunikasi terus dengan
parents agar ketika sudah sampai parents bisa langsung menjemput anaknya
masing-masing. Alhamdullilah semua anak-anak sampai di Sekolah dengan selamat
tanpa kekurangan apapun. Setelah memastikan semua anak dijemput oleh orang tua
masing-masing, saatnya saya juga pulang. Semoga perjalanan kali ini menjadi
pengalaman berharga dalam hidupnya anak-anak 7 Challanger, karena saya tahu
mereka lebih sering berwisata kota daripada berwisata alam. Demikian perjalanan
kami selama 2 hari ke Sawarna.
Perlengkapan
disarankan dibawa untuk fieldtrip ke Desa Sawarna :
1. Disarankan
memakai/membawa Sendal gunung/ sandal lainnya yang nyaman dipakai untuk
trecking
2. Head
lamp / senter untuk caving ke gua lalay
3. Botol
air minum refill
4. Tas
kecil untuk membawa kebutuhan pribadi saat trecking
5. Pakaian
yang nyaman untuk cuaca pantai
6. Topi,
sun glasses, sun block untuk melindungi dari sengatan matahari
COST
:
-
Sewa bus ukuran 27 seat, 2 hari 2 malam : Rp. 4.000.000
-
Home stay Villa Java Beach 1 hari : Rp. 130.000/orang (include makan 3x)
-
Makan siang tambahan (di home stay) : Rp. 25.000/orang
-
Parkir di Sawarna : Rp 25.000/hari
-
Guide :
Rp. 250.000 (seharusnya Rp 100.000/objek)
-
Makan malam di perjalanan : Rp. 25.000/orang (beli CFC)
Note : diatas adalah
harga intinya saja karena pada kenyataannya banyak pengeluaran-pengeluaran
lain, terutama ketika anda melakukan perjalanan dalam bentuk rombongan.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus