Seperti biasa di Sekolah tempat saya mengajar dalam 1 tahun diadakan 2 kali fieldtrip, masing-masing dilaksanakan 1 kali persemester. Di semester 1, 7 Challanger (nama kelas yang saya bimbing sebagai wali kelas) ke Kampung Horta di daerah Ciomas Bogor, di semester 2 ini saya berharap bisa membawa anak-anak ke tempat wisata alam yang tidak biasa yang akan menjadi kenangan mereka sampai nanti.
Awalnya yang menjadi ketua Fieldtrip ke-2 adalah Mr. Yadi, karena kesibukannya yang merangkap juga menjadi marketing SMP jadi sampai akhir bulan Februari belum ada kepastian destinasi fieldtrip jadi saya kembali yang ambil alih. Setelah sempat browsing-browsing berbagai tempat wisata yang memungkinkan dan menyusun anggaran dana yang dibutuhkan akhirnya jatuh pada pilihan pertama bertemakan treasure hidden paradise Desa Sawarna, Banten dan pilihan kedua bertemakan around Jakarta jadi jalan-jalan di kawasan kota tua dan sorenya menikmati Pantai Ancol lalu diakhiri dengan makan malam bersama di Bandar Jakarta.
Sebelum memutuskan kami pihak sekolah mengundang parents dan anak-anak untuk rapat, sebelumnya saya sebagai ketua pelaksana mempresantasikan dulu 2 pilihan tersebut berikut dengan dana yang dibutuhkan untuk masing-masing pilihan. Ya sejujurnya ketika saya mempresentasikan 2 pilihan tersebut memang tidak seimbang, saat mempresentasikan Desa Sawarna saya berusaha semenarik mungkin dan sebelumnya saya juga sudah menggembor-gemborkan ke anak-anak tentang ke indahan Sawarna agar mereka nantinya lebih memilih Sawarna. Ketika menjelaskan Around Jakarta, seadanya aja Hahahaha. Karena memang saya pribadi sangat ingin ke Sawarna apalagi setelah lihat hasil dari browsing keidahan Sawarna. Jika saya lihat ekspresi parents setelah presentasi kebanyakan lebih tertarik ke Sawarna walaupun memang masih ada wajah keraguan pada mereka. Setelah rapat saya membagikan angket untuk voting dan memberikan mereka waktu 1 minggu untuk memutuskan dan berunding dengan anaknya masing-masing mengenai pilihan objek wisata.
Hari penghitungan suara sudah tiba, dari 15 suara hasilnya 13 suara memilih ke Sawarna, 1 suara ke Ancol dan 1 suara not both of them. Yeay . . . . akhirnya saya ke Sawarna juga hehehehe. Selama masa persiapan dari bulan Maret - Mei ternyata banyak hal yang diluar proposal, mulai dari banyak harga-harga yang beda jauh ketika observasi melalui telepon dengan ketika sudah kita datangkan langsung, dan kendala rute yang mau kita ambil dengan masalah waktu tempuhnya. Tapi Alhamdullilah dengan dukungan teman-teman 1 tim dan dukungan parents dari 7 Challanger acara fieldtrip Sawarna terlaksana juga.
Perjalanan ke Sawarna tgl 21 Mei 2014 (Pukul 03.00 - 11.30 WIB)
Hasil dari rapat parents kami ke Sawarna 2 hari 1 malam, namun mengingat lamanya perjalanan dari Depok - Sawarna sekitar 7 - 9 Jam akan sangat sayang sekali jika kami hanya banyak menghabiskan waktu lama dijalan. Untuk mengakalinya kami memutuskan berangkat dari Depok jam 03.00, jam 02.30 anak-anak disarankan sudah berkumpul di Sekolah.
|
Armada bus Asbo Jaya |
Kami menggunakan jasa Bus Asbo Jaya yang berpusat di Ciomas, dari hasil survey kami tidak semua agen bus menerima tawaran ke Sawarna, karena tracknya yang cukup menantang dan bus yang bisa dipakai hanya berjenis elf atau bus kecil ber-seat 27. Biasanya bus paling pagi sekali bisa stand by jam 05.00 pagi tapi ini untunglah Pak Arief (sopir bus) bisa stand by di Sekolah dr jam 12.00 malam. Harga penyewaan bus Asbo Jaya untuk 2 hari 2 malam sebesar Rp. 4.000.000 belum termasuk makan sopir& kenek, tips, parkir dan jasa tol.
|
rute alternatif menuju Desa Sawarna |
Untuk menuju Sawarna ada 2 rute utama yang bisa kami tempuh, rute pertama via sukabumi, rute ini (pada peta berwarna merah) adalah rute terdekat namun jalannya cukup berliku tajam, banyak tanjakan dan turunan yang cukup ekstrem, perlu kemampuan mengemudi yang cukup handal, di sepanjang jalan Sukabumi banyak terdapat pabrik-pabrik jadi sering terjadi macet yang cukup parah pada jam-jam tertentu. Untuk rute kedua (berwarna biru) dari segi jarak cukup jauh jika dibandingkan dengan rute pertama, namun jalannya cukup datar di rute kedua ini via Tangerang, Rangkasbitung dan Malimping, Namun dari info yang saya dapat di rute kedua ini jalannya cukup rusak jadi waktu tempuh yang dibutuhkan minimal 9 jam untuk sampai ke Sawarna. Setelah mengumpulkan info dan berdiskusi dengan sopir, kami memutuskan untuk ambil jalur yang pertama. Pada hari keberangakatan kami jalan dan jembatan di jalan Sukabumi sedang diperbaiki, oleh karena itu pagi-pagi buta kami sudah harus meninggalkan Depok, ditambah kami harus menghindari macet dipagi sepanjang kawasan pabrik.
Sepanjang perjalanan kami tidak mengalami hambatan yang cukup berarti, area jalan dan jembatan yang sedang diperbaiki pun kami lalui tanpa macet karena ketika melewati jalan tersebut masih subuh. Kami tidak berhenti sholat subuh di mushola tapi kami melakukan sholat di dalam mobil, untuk mengejar waktu kami pun hanya singgah 2 kali untuk mengisi bensin dan untuk buang air kecil. Selama di jalan anak-anak terlihat ceria dan excited sekali. Sekitar jam 09.00an kami sampai di daerah Karang Hau, Pak Sopir kami meminta untuk istirahat sejenak. Sampai di daerah Karang Hau jalanan masih relatif datar dan tidak ekstrem. Kami pun sempat berfoto-foto dulu.
|
Istirahat di Karang Hau |
Perjalanan dilanjutkan kembali, mulai memasuki jalanan yang berliku tanjakan dan turunan yang ekstrem, tapi walaupun begitu anda akan disuguhi oleh pemandangan indah pantai selatan sepanjang perjalanan, membuat anda banyak mengucapkan Subhanallah, atas keindahan tersebut. karena letak jalannya dipinggir jurang, kiri lautan dan kanan pegunungan jadi sungguh menakjubkan. AC bus pun sempat dimatikan agar bus kuat nanjak. Sampailah kami ditanjakan ekstrem dimana semua penumpang harus turun atau bus tidak kuat nanjak.
|
Pemandangan gunung dan laut sepanjang perjalanan |
|
narsis sebelum jalan kaki nanjak ekstrem |
Jangankan mobil, kami yang jalan kaki saja mengalami kesulitan dan keringetan untuk nanjak. Mendekati jam 11 sampailah kami di Desa Sawarna, rombongan sudah ditunggu oleh tour guide dan penjaga penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya. Satu-satunya akses jalan menuju desa Sawarna adalah jembatan gantung yang tentunya bisa bergoyang-goyang dibikin pusing jika melewatinya untuk pertama-tama. Setelah melewati jembatan biasanya akan ada beberapa orang desa yang berjaga, jadi untuk masuk desa Sawarna dikenakan biaya Rp.5.000,- /orang untuk turis domestik. Uang ini akan digunakan untuk perkembangan desa. Jarak antara penginapan dengan pintu masuk desa sekitar 5-10 menit jalan kaki.
|
Pintu masuk desa Sawarna |
|
Jembatan gantung, akses utama menuju desa Sawarna |
Sampailah kami di penginapan Java Beach, kami menyewa 4 kamar, 2 kamar dibawah untuk anak laki-laki dengan jumlah 3 anak laki-laki dan 1 guru pendamping dan 2 kamar diatas untuk anak perempuan dengan 4 anak perempuan dan 1 guru pendamping di setiap kamar. Fasilitas yang kami dapat tiap kamar memiliki kamar mandi dalam, 2 kasur busa, 1 kipas angin diri, 1 kipas angin atas, ukuran kamar menurut saya cukup luas untuk hitungan perkamar dihuni oleh 4-5 orang. Harga sewa perkamar 130.000/hari sudah termasuk makan 3x (Makan siang, makan malam dan sarapan). Cukup murah bagi kami, lagipula diantara homestay yang lainnya di Sawarna, java beach hotel termasuk dalam kondisi yang cukup bagus. Untuk reservasi dapat hubungi Mas Iman di no 085259055425/08161455975, Mas Iman sangat komunikatif sekali dan mau direpotin oleh saya yang selalu nanya-nanya Sawarna. Untuk Reservasi kami membayar DP 30% seminggu sebelumnya. Untuk makanan pun kita bisa memilih sendiri menu yang kita mau. Kami memilih menu makan siang dan malam dengan ayam bakar/serundeng/semur, tempe/tahu, sayur kangkung/kacang/buncis, kerupuk, sambal dipisah dan air mineral. Untuk sarapan nasi goreng, kerupuk dan telor dadar. Kategori masakan cukup enak dengan harga paketan yang sudah termasuk dengan menginap. Jika ingin menambah makan diluar dari paket penginapan untuk makan berat Rp. 25.000/porsi dan untuk sarapan Rp.15.000/porsi.
|
Ngantri dulu ya yang mau makan |
|
Makan bersama-sama selalu terasa lebih enak |
Destination 1 Gua Lalay (Pkl. 12.30 - 13.30)
Setelah selesai makan siang tidak lupa pula kami sholat berjamaah bagi yang muslim (sholatnya di jamak ya sekalian zuhur dan ashar) saatnya bersiap-siap menuju destinasi yang pertama gua lalay. Karena jaraknya yang cukup jauh jadi ada beberapa meter yang bisa ditempuh menggunakan mobil. Tapi sebelumnya kami harus kembali ke tempat parkiran pertama. Cuaca hari itu sangat terik sekali, tapi tidak terlalu masalah karena kita akan melewati pematang sawah dan perkampungan jadi tidak akan begitu terasa apalagi jalannya sambil bercanda dengan teman-teman. Banyak pemandangan seru selama perjalanan, karena warga desa disini masih mengandalkan sungai sebagai sarana sanitasi mereka, jadi jangan heran jika kamu melihat banyak warga yang cuek mandi di sungai hehehehe. perjalanan ke parkiran memakan waktu 5 menit, dari parkiran ke pos menuju gua lalay menggunakan mobil memakan waktu 5 menit dan jalan kaki kembali dari pos ke gua lalay menghabiskan waktu 10-15 menit jalan kaki. Tips jangan lupa ya pakai topi, sun block dan bawa air mineral yang cukup.
|
go go semangat menuju gua lalay |
|
lagi-lagi ketemu jembatan gantung |
|
Pasukan orange siap beraksi |
|
Jarang-jarang kan bisa lihat sawah |
|
Sawah yang menghijau menambah keindahan |
|
Terik tidak menghalangi kami untuk tetap narsis |
|
Lagi fotoin mba2 penjual air mineral |
Setelah perjalanan yang cukup berkeringat sampailah kami di depan mulu gua lalay, setiap orang yang mau memasuki gua lalay diwajibkan untuk ikut briefing oleh penjaga (guide) disana, dan ternyata gua lalay yang terlihat sangat kecil itu dari luarnya memiliki panjang sampai 500-1.000 meter dengan pintu keluar gua berbeda dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda pula bahkan ada jalur gua yang hanya bisa dilewati secara vertikal. Jalur atau sejauh mana mau melintasi gua tergantung dari keinginan dan batas kemampuan masing-masing pengunjung. Satu catatan lagi untuk memasuki gua harus ditemani oleh guide. Tapi karena kami sudah menyewa guide yang akan menemani kami ke semua objek wisata di Sawarna jadi kami tidak perlu menyewa lagi. Untuk memasuki gua dianjurkan setiap orang memakai head lamp atau senter tapi jika kamu lupa tenang saja di sana juga ada penyewaan senter dan helm dengan harga Rp.25.000,-.
|
Disini juga disewakan helm keselamatan dan senter loh |
|
yuk dengarkan briefingnya baik-baik demi keselamatan bersama |
|
Semangat banget ya bapaknya menjelaskannya |
|
Ini satu-satunya warung di deket gua lalay |
Briefing selesai, saatnya persiapan memasuki gua, dan ternyata untuk masuk ke gua kita disarankan tidak memakai alas kaki ataupun, karena didalamnya terdapat lumpur yang cukup dalam, jika memaksakan memakai alas kaki maka alas kakinya akan nempel dilumpur. So kalian bisa menitipkan barang2 berharga, sendal dan barang lainnya pada warung atau di pos penjagaan. Lagipula ada mama Anin yang tidak ikut masuk ke dalam jadi bisa minta tolong jagain hehehehe.
Awal masuk mulut gua cukup sempit, untuk saya yang tingginya hanya 157 cm aja harus menunduk hati-hati karena banyak stalagtit yang menggantung, jika tidak hati-hati siap kepala benjol kaya saya karena kepalanya kepaduk batu. Jika ingin aman lebih baik sewa helm di pos. Selain itu setelah memasuk gua benar-benar gelap tidak ada cahaya matahari yang cukup, sumber cahaya hanya dari head lamp dan senter yang kami bawa. Belum lagi diawal perjalanan banyak batu-batu yang cukup tajam yang bikin telapak kaki cenut-cenut. Ternyata semakin dalam kami memasuki gua semakin dalam juga lumpur dan airnya, untuk saya airnya sudah sampai pangkal paha sedangkan untuk murid-murid saya yang tingginya dibawah standar ada yang sampai ke perut.
|
berpose di depan mulu gua lalay |
|
Wath out your head !!! |
|
Mr Yunus dengan cahaya di kepalanya |
|
Ayo ngumpul di cek anggotanya lengkap ga |
|
Semakin dalam masuk gua, semakin dalam pula airnya |
|
Eh itu anak cowo kenapa jadi pada pamer paha
Oiya
gua lalay dalam bahasa sunda berarti gua kelelawar (lalay : kelelawar-red),
jadi klo ada yang menetes seperti air dikepala itu bukan tetesan air ya, bisa
jadi itu kotoran kelelawar hehehehe. Didalam gua memang terdapat sungai bawah
tanah. Semakin dalam kamu memasuki gua semakin terasa unsur mistisnya, apalagi
rombongan kami sebagian besar justru terdiri dari anak-anak perempuan jadi
kebayang banget kan rempongnya. Selama didalam mereka suka teriak-teriak karena
memang keadaan jalannya yang cukup licin. Setelah masuk hanya beberap meter ke
dalam gua, kami ditawari guide kami untuk melanjuti perjalanan atau sampai
disini saja. Klo saya pribadi si sejujurnya masih penasaran didalam ada apa
lagi. Yang saya dapat dari guide jika dilanjuti jalan selanjutnya sudah tidak
berair lagi melainkan jalan berlumpur yang cukup lengket. Mengingat saya
perginya rombongan dan melihat kondisi murid-murid saya yang sepertinya belum
siap mental melanjutkan perjalanan, kami sudahi menyelusuri gua lalay cukup
sampai disini. Selanjutnya kami melakukan sesi foto-foto didalam gua sebelum
keluar.
|
|
Percuma juga si celananya dinaikin, karena dalamnya se paha |
|
light in our head |
|
Foto lagi sebelum pulang |
|
Balik kanan bubar jalan |
Destination 2, Pantai
Tanjung layar (Pkl.13.30 – 15.30)
Setelah
puas berbasah-basahan di gua, kami lanjut kembali ke destinasi selanjutnya
yaitu Pantai Tanjung Layar. Untuk menuju Pantai Tanjung Layar kami harus
kembali ke jalur yang sama ketika ke gua lalay dan kembali melewati penginapan
kami. Menurut guide kami letaknya dekat, tapi setelah kami
jalanin sepertinya terasa tidak sampai-sampai ke pantai. Setelah sekitar 30
menit sampailah kami ke Pantai Tanjung Layar. Pantai Tanjung Layar merupakan
ikon pariwisata Sawarna. Tidak lengkap rasanya ke Sawarna jika anda tidak
mengunjungi Pantai Tanjung Layar. Disini terdapat dua batu besar mirip layar
kapal yang dikelilingi oleh gugusan karang. Sangat bagus sekali jika dijadikan
sebagai latar untuk berfoto dan kebetulan waktu yang kami ambil untuk berlibur
sangat pas, sehingga setiap objek wisata terasa sepi hanya rombongan kami dan
beberapa orang saja yang berlibur. Karena pantainya tidak berhadapan langsung
dengan laut lepas (dihalangi oleh gugusan batu karang) jadi sangat aman untuk anak-anak bermain
disekitar pantai, air lautnya pun sangat jernih sehingga bisa melihat dasar
laut, sedangkan pasir disini berwarna cokelat dan cukup kasar seperti ketumbar.
|
Jalan menuju Pantai Tanjung Layar yang cukup membuat berkeringat |
|
Subhanallah Pemandangannya |
|
Alhamdullilah ketika kesini keadaan pantai masih sepi |
|
Say "cheseee . . . ." |
|
Enjoy my self |
|
it's like my private beach |
|
Yang takut basah kita ceburin |
|
Hi . . . Glad to see you beach |
|
Awas janga sampe ketiduran beneran |
|
Hello yang lagi sibuk main air disana |
|
Good pose guys |
|
Siapa yang mau dikubur di dalam pasir |
|
takut hitam bukan halangan kami untuk menikmati pantai |
|
Guru-gurunya cukup mengawasi dari jauh aja ya
Selama
anak-anak asik bermain dipinggir pantai kami guru-guru bisa bersantai cukup
melihat mereka dari kejauhan. Ada yang bermain kubur pasir, coret-coret pasir,
berendam dan ciprat-cipratan air. Sangat bahagia sekali melihat mereka tertawa
lepas apalagi dari mereka kebanyakan jarang sekali berwisata ke alam. Walaupun
matahari bersinar sangat terik tapi tidak menyurutkan mereka bermain di pantai.
Cukup susah sekali membuat mereka naik dari pantai karena saking asiknya.
Setelah dijanjikan kita akan pindah ke pantai yang lain yang lebih seru mereka
baru mau beranjak pergi. Setelah hampir 1 jam lebih mereka bermain di Pantai
Tanjung Layar, saatnya pindah ke Pantai Pasir Putih, tetapi sebelumnya kami
jajan dulu mengisi perut yang mulai terasa sedikit lapar karena diajak main air
terus. Disepanjang Pantai Tanjung Layar banyak warung-warung tradisional dan
bale-balean, Kami kebanyakan memesan kelapa, harga satu butir kelapa pun cukup
murah hanya Rp.7.000,- untuk yang merasa lapar, di warung pun tersedia pop mie,
mie rebus dan mie goreng dengan harga yang terjangkau pula tidak jauh beda
dengan harga di Jakarta. Saatnya meninggalkan Pantai Tanjung Layar, sebenarnya
sangat sayang sekali tidak bisa melihat sunset/sunrise di Pantai ini, dari
berbagai sumber mengatakan pemandangan pada saat sunset/sunrise di pantai ini
sangat indah.
|
Destination 3, Pantai Ciantir
/ Pantai Pasir Putih / Pantai Sawarna (Pkl.15.30 – 18.00)
Destinasi
terakhir di hari pertama pantai Ciatir, jarak antara Pantai Tanjung Layar dengan
Pantai Ciatir cukup 10 menit jalan kaki. Pantai ini adalah pantai yang paling
banyak dikunjungi wisatawan jika berlibur ke Sawarna karena jaraknya yang
paling dekat dengan letak penginapan dibandingkan dengan pantai yang lain.
Selain itu pantai ini memiliki panjang 3 kilometer jadi bisa mengakomodir
segala aktivitas wisatawan, dari bermain voli pantai, bola dan lain-lain.
Pantai ini populer karena memiliki pasir putih yang lembut dan memiliki ombak
bergulung-gulung yang cukup besar khas pantai selatan pada umumnya. Dihari libur
biasanya banyak peselancar mancan negara yang berselancar di pantai ini. Ketika
sampai di Pantai Pasir Putih matahari sedikit-sedikit mulai terbenam,
Subhanallah . . . . indahnya langit pada saat itu, perpaduan antara pantai dan
langit orange membuat mententramkan hati.
|
Panorama pantai Ciatir |
|
Subhanallah keindahan sun set disini |
|
foto sendiri harus tetep ada dong |
|
Sebelum ombak datang |
|
Setelah diterjang ombak |
|
Ceria selalu |
|
ekspresi setelah diserang ombak |
|
Makin sore makin kencang ombaknya |
|
Persiapan sebelum ombak datang |
|
Hi boys . . . give me your best pose |
|
Tuh kan kebanyakan gaya si |
|
Hati-hati ketarik ombak |
|
Pertahanan runtuh captaian
Bagaimana
nasib anak-anak? Yups lagi-lagi pas lihat pantai mereka sudah tidak dapat
dilarang lagi langsung deh pada duduk menghadap ombak. Tapi mengingat ombak di
pantai ini cukup besar, beberapa guru laki-laki sudah siap siaga berjaga agar
anak-anak tidak terdorong ataupun tertarik ombak. Tapi justru ombak yang besar
malah membuat mereka merasa tambah seru. Padahal kami guru-guru yang ekstrak mengawasi
mereka sedikit merasa deg-degan. Dasar anak-anak . . . . . .
Hari
mulai gelap dan dari kejauhan sudah terdengar suara adzan magrib berkumandang,
sama seperti di Pantai Tanjung Layar cukup susah mengajak anak-anak untuk kembali
ke penginapan. Padahal bibir dan kulit mereka sudah pada keriput kebanyakan
main air.
|
Mudah-mudahan saya bisa meneruskan amanah ini dengan baik *Nahloh* ^__^
BalasHapusAamiin . . . . mudah-mudahan sukses juga ya buat ms Yuni
BalasHapus