Liburan akhir tahun
2015 harus berkesan dan ke tempat yang keren yang belum pernah saya datangi
sebelumnya, itu adalah misi traveling saya diakhir tahun 2015. Mengingat di
tahun ini pekerjaan saya lebih numpuk dan padat daripada
tahun-tahun sebelumnya. Tapi mau kemana dan ama siapa? Itu yang menjadi big question’nya, karena belum ada
gambaran sama sekali. Bulan September 2015, Fitria salah satu teman sekelas
saya di kampus membuat semacam open trip tapi yang diajak hanya teman-teman
sesama pengajarnya di sekolah dan mengajak teman-teman kuliahnya juga dengan
destinasi ke Bromo plus Rafting harga Rp.970.000,00 2 hari 1 malam di Malang
sudah termasuk tiket kereta Matarmaja PP pada akhir bulan Desember. Wow ….
Keinginan untuk berlibur ada pencerahan, setelah memastikan ada teman yang lain
1 kampus ikut juga, langsung deh tidak ragu untuk say yes for holiday. Ditambah lagi dengan kondisi sekolah yang lagi
ribet-ribetnya jadi tidak memungkinkan untuk private trip, karena sedikit waktu
luang untuk observasi tempat wisata, memesan tiket transportasi, penginapan dan
lain-lain. Mumpung ada Fitria yang menawarkan diri, jadi lebih bersyukur, mulai
dari pembelian tiket kereta dan lain-lain semua Fitria yang mengurusnya, saya
tinggal transfer-transfer aja. Oh iya ketika di Malang nantinya kita juga sudah
memakai agent travel ya, agent travel ini yang biasa Fitria pakai untuk liburan
setiap tahunnya. Nama agentnya blakrax trip organizer. Blakrax salah satu trip
organizer yang sudah handal untuk kawasan wisata di Kota Malang dan sekitarnya.
Tetapi juga melayani trip-trip lainnya diluar Kawasan Malang. Silahkan cek
website resminya atau Fanspage FB’nya mereka sering buka open trip loh.
Menjelang bulan
November 2015, kondisi Gunung Bromo sedang tidak bagus. Gunung Bromo sedang
erupsi dan untuk sementara waktu kawasan wisata Gunung Bromo ditutup. Alhasil
kami harus pindah haluan destinasi, karena sampai menjelang satu minggu sebelum
keberangkatanpun keadaan Gunung Bromo masih belum membaik. Di group open trip
kami pun dibuat voting destinasi-destinasi alternatif, mulai dari wisata Kota
Batu Malang, mendaki Ranukumbolo, dan alternatif-alternatif lainnya. Untuk
pilihan alternatif lainnya selain ke Ranukumbolo kita harus menambah uang trip
lagi, mulai dari hanya seratus ribuan sampai tiga ratus ribuan, untuk yang ke
Ranukumbolo kita cukup nambah Rp.15.000,00. Saya pribadi awalnya agak kurang
srek dengan pilihan Ranukumbolo walaupun cuma harus nambah Rp.15.000,00 saja,
mengingat kondisi saya yang sudah lama sekali tidak naik gunung, tidak ada
persiapan sarana dan fisik juga, karena waktunya sangat mepet dengan
pengambilan raport di sekolah. Saya lebih suka wisata yang agak nyantai, jadi
saya pilih Batu. Tapi hasil dari voting, sebagian besar memilih untuk trip ke
Ranukumbolo dikarenakan tidak perlu nambah uang cukup banyak lagi ditambah
menjelang keberangkatan banyak teman yang mundur tidak jadi ikut trip dengan
berbagai alasan. Yasudah saya harus terima keputusan bersama, bagi saya yang
penting diakhir tahun bisa liburan yang cukup jauh.
H-2 keberangkatan justru sedang sibuk-sibuknya
mengurus raport, jadwal pengambilan raport tanggal 19 Desember 2015, sedangkan
hari keberangkatan tanggal 20 Desember 2015. Untuk naik gunung biasanya
seminggu atau 2 minggu sebelum keberangkatan seharusnya membiasakan diri
berolahraga, minimal jogging. Tapi apa daya, justru jadwal sedang
padat-padatnya untuk UAS anak-anak plus pengambilan raport, saya hanya sempat
membeli jaket yang waterproof, windbreaker dan polar, itupun membeli saya
sempat-sempatkan ditengah pengisian raport. Karena saya sadar, saya adalah
manusia yang tidak tahan dingin, sedangkan jaket atau sweater yang saya punya
semua tipe yang hanya untuk gaya-gaya’an saja. Dari hasil searching saya, suhu
di Ranukumbolo pada malam hari bisa bekisar antara -20C – 200C,
terutama ketika musim kemarau suhunya dingin sekali, sedangkan saya berkunjung
ketika musim hujan yang menjadi kendala cuacanya adalah hujan tentunya.
Hari keberangkatan,
Minggu, tanggal 20 Desember 2015. Jadwal kereta kami (Matarmaja) berangkat
jam 15.15 dari Stasiun Senen. Meeting point kami pun langsung di dekat depan
pintu masuk. Dari Depok saya berangkat jam 12.30 lewat banyak hahhaha, biar
cepat karena takut telat saya naik gojek langsung menuju Stasiun Pondok Cina, harga
tiket commuterline sebenarnya hanya Rp.3000,- tapi plus kartu jaminannnya jadi
Rp.13.000,-. Dari sini saya harus pindah-pindah comutterline dulu, pertama
transit di Manggarai, naik kereta yang menuju Jatinegara (kereta yang menuju
Jatinegara nunggunya suka lama) sempet khawatir si karena janjian ketemuannya
jam 14.00 di Senen, apalagi teman-teman banyak yang sudah sampai. Transit lagi
di Jatinegara pindah commuterline yang menuju
ke Stasiun Senen. Sesampai di Senen pun kondisi stasiun penuh sesak dipadati
penumpang yang sepertinya dengan tujuan yang sama keluar kota. Tidak lama saya
bertemu teman-teman yang lain kami langsung naik kereta Matarmaja. Kami
kedapatan seat di gerbong 5 kelas ekonomi harga tiket kereta Senen-Malang
Rp.115.000,-. Oiya untuk tiket kereta kami sudah memesan dari Bulan September,
karena berbarengan dengan liburan sekolah jadi belinya harus 3 bulan
sebelumnya.
Sebenarnya ini adalah trip pertama saya naik kereta dengan perjalanan jarak jauh hehehehe, jadi saya secara pribadi cukup excited merasakan naik
kereta hampir 17 jam lamanya. Saya duduknya dekat Nina dan Rodiah, seharusnya
satu lagi dengan Puput, tapi karena Puput ada raker di sekolanya mendadak
tidak bisa ikut deh. Moment ini kita manfaatkan untuk cerita panjang lebar
mengenai kegiatan kita masing-masing. Apalagi profesi kita yang sama-sama guru,
jadi kita punya segudang cerita mengenai pengalaman masing-masing. Enaknya naik
kereta dekat Nina dan Rodi saya jadi selalu diingatkan untuk sholat dan
melakukan ibadah lainnya dalam kondisi apapun, jadi tidak khilaf dengan
kesenangan mau trip. Ya bagitulah naik kereta berjam-jam rasanya kaki
pegal-pegal karena lama ketekuk, belum lagi susah untuk tidur karena posisi
yang kurang nyaman. Ketika kereta sudah mencapai Stasiun Tegal dan seterusnya,
kondisi kereta mulai sedikit lengang karena banyak penumpang yang sudah turun,
jadi saya bisa pindah-pindah duduk untuk melempengkan kaki.
Akhirnya sampai di
Malang juga, setelah pantat pegel duduk terus, sampai di Malang hari Senin,
tanggal 21 Desember 2015, jam 08.30. Sesampai di Malang kami sudah dijemput
oleh agent travel kami, ada Mas Anwar, Mas Didin, dan Mas Adrian yang lebih
terkenal dengan panggilan Mas Jangkung. Yups semua orang dari agent travel ini ramah-ramah,
khususnya Mas Jangkung yang klo ngobrol suka heboh sendiri hehehehe. Kami
langsung diajak menuju semacam kaya foodcourt pinggir taman yang letaknya
tinggal menyebrang dari Senen. Destinasi pertama adalah disuruh makan dulu, menu
makan dan minum terserah, menu makanannya terdiri dari macam-macam makanan
tradisional seperti soto, ayam penyet, rawon, dan lain-lain. Klo saya pesan
rawon daging ajalah, biar makan berkuah. Sambil makan kami sambil
ngobrol-ngobrol sama para guide plus kenalan sama teman-teman Fitria lainnya.
Teman-teman Fitria ada Bu Leniati, Ka Siti (kakanya Fitria), Bu Arie, Pak Agun (Satu-satunya
cowo di group trip ini) sama Rani teman sekampus saya tapi kami beda kelas.
Selesai makan pagi kami
langsung diboyong ke markas blakrax yang terletak di tengah-tengah perumahan di
Jalan Bratan Timur H5 Sawojajar menggunakan angkot yang sudah dicarter. Markas
blakrax dapat dikategorikan rapi dan bersih walaupun saya lihat sebagian besar
yang mendiami markas ini adalah para lelaki. Sesampai di markas sekitar pkl 10.00 kami
langsung diintrusikan untuk memilah-milah barang yang akan dibawa tracking,
barang yang harus dibawa adalah pakaian ganti 1 stel, jas hujan, jaket,
senter/headlamp, makanan dan minuman pribadi secukupnya dan yang paling penting
kami harus membawa sleeping bag masing-masing 1 dan harus dibawa sendiri tidak
boleh nitip ke guide heheheh. Ya karena saya tidak memilki seni melipat yang
bagus, walaupun isinya hanya barang-barang seperti itu, tas saya tidak muat,
malah tadinya saya mau meninggalkan atasan jas hujan saya di markas tapi
ketahuan Mas Jangkung jadi wajib dibawa. Tas saya, kategorinya yang paling
besar dan paling berat dibandingkan tas teman-teman lainnya. Padahal barang
bawaan saya sama dengan yang lain entah kenapa jadi yang paling berat. Jadi deh
saya bahan ceng-cengan klo di dalam tas saya ada peralatan make up mangkanya
berat dan besar. Tapi tas saya masih belum ada apa-apanya si dibandingkan 3 tas
yang dibawa guide kami, tas mereka naudzubilah besarnya. Karena semua akomodasi
kami seperti tenda, peralatan masak, makanan, obat-obatan dan perlalatan
lainnya sudah mereka semua yang menyiapkan, kita hanya membawa peralatan
pribadi masing-masing saja.
Setelah semua barang
rapi dan masuk ke dalam angkot perjalanan menuju shelter berikutnya dimulai.
Sekitar pkl.11.00-12.00 kami sudah sampai di rumah Mas Pandu guide ke-3 kami,
disini kami ganti jenis transportasi, karena jalur yang kami lalui berikutnya
menanjak dan menikuk jadi paling cocok menggunakan mobil Jeep untuk menuju Ranupane.
Sambil siap-siap memindahkan barang dan mengecek akomodasi lainnya sekalian
menumpang sholat. Rumah Mas Pandu sepertinya sudah biasa didatangi tamu-tamu
yang mau berwisata, ibunya pun ramah, di rumah Mas Pandu sudah tersedia tempat
sholat dan toilet. Setelah semua barang naik ke atas jeep kami berangkat ke Ranupane
sekitar Pkl 13.00 ditengah jalan kami sempat mampir ke toko untuk membeli jas
ujan bagi yang tidak membawanya dan makanan minuman tambahan. Saya naik jeep
dibelakang bersama sebagian besar teman-teman lainnya karena yang bisa duduk di
depan hanya 2 orang dan Mas Pandu sendiri sebagai drivernya. Perjalanan menuju Ranupane,
menyelusuri lereng kawasana taman nasional Gunung Semeru, Tengger dan Bromo jadi
konturnya naik turun tetapi didominasi tanjakan dan berkelok-kelok cukup bikin
saya jadi merasa mabuk darat. Tapi pemandangan dan suhu yang semakin lama
semakin dingin rasanya mengalahkan mabuk darat saya. Apalagi ditengah jalan
saya disuguhkan dengan pemandangan Gunung Bromo dan lembahnya yang indah sekali, sayang
karena kami sedang mengejar waktu sampai di Ranupane sebelum sore menjelang
jadi tidak bisa berhenti sekedar foto-foto.
Diatas jeep aja masih sempet-sempetnya foto |
Sesampai di kawasan Ranupani pkl. 14.30, sebelum naik Gunung Semeru semua pendaki harus mengikuti briefing
dahulu, di ruangan briefing ini ada beberapa rombongan yang akan naik seperti
kami, sebagian besar tujuannya sama seperti kami ke Ranukumbolo ada juga yang
bertujuan ke Kalimati. Di sini kami diberikan pengarahan dan gambaran seperti
apa keadaan kawasan Gunung Semeru saat ini, Apa yang diperbolehkan dan apa yang
tidak diperbolehkan saat mendaki. Salah satunya adalah kami harus membawa
pulang semua sampah kembali ke bawah, jadi di list barang-barang apa saja yang
dibawa, jika tidak membawa sampah kembali dan ketahuan, konsekuensinya
adalah harus kembali ke atas untuk mengambil sampah yang tertinggal atau
di blacklist tidak boleh memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Semeru seumur hidup. Kami
juga dilarang mengotori air di Danau Ranukumbolo, danau yang airnya bisa
langsung diminum ini, merupakan sumber mata air di Gunung Semeru, Danau yang
masih dianggap suci bagi beberapa sistem kepercayaan, jadi tidak boleh
menggunakan jenis sabun di danau. Peraturan utama yang paling terakhir adalah,
setiap orang harus membawa sleeping bag masing-masing dikarenakan kematian
pendaki sebagian besar dikarenakan hypothermia, jadi tas setiap pendaki dicek
apakah 1 orang sudah ada sleeping bag satu. Setelah selesai mendengarkan
briefing yang cukup informatif dan menarik karena cukup kocak, kemudian
mengurus administrasi dan menandatangani surat pernyataan oleh salah satu
anggota tim baru dipersilahkan naik ke Gunung Semeru.
Waktu menunjukan Pkl.
15.45 ketika kami memulai untuk mendaki, baru beberapa meter kami jalan hujan
sudah mulai rintik-rintik turun, karena cukup lebat juga jadi kami harus
memakai raincoat, ini juga alasan mengapa harus membawa tas yang ada
coverbag’nya untuk menjaga barang yang dibawa tetap kering. Keadaan hari ini
memang cukup mendung, tapi kami tetap semangat, selama diperjalanan menuju pos
1, sistemnya kelompok dibagi menjadi 3, kelompok yang berjalan cukup cepat di
depan, kelompok yang berjalan menengah dan kelompok yang tidak berjalan cepat
ada dibelakang, setiap kelompok tentu saja tetap tetap diawasi oleh guide kami.
Jalan menuju pos 1, keadaannya hanya jalan setapak yang sebelah kirinya berupa
tebing-tebing. Sayang sekali satu bulan sebelum keberangkatan kami terjadi
kebakaran yang cukup hebat mengakibatkan banyak pohon dan ilalang yang hangus
terbakar. Sepanjang jalan juga terkadang ada beberapa hambatan sampai kami
harus menunduk, melompat bahkan merangkak karena ada beberapa jalan yang
terdapat pohon tumbang karena longsor. Sebenarnya kami adalah bukan rombongan
yang biasa naik gunung, jadi kami jalannya santai dan setiap merasa sudah lelah
kami akan istirahat, Jadi sepanjang perjalanan kami sering-sering istirahat.
Walaupun kondisi jalannya masih relative datar untuk tanjakan dan turunannya
tapi cukup bikin ngos-ngosan bagi kamu yang tidak terbiasa naik gunung. Setelah
± 1.5 jalan kaki, akhirnya kami mencapai Pos 1, di pos satu ada gorengan dan
semangka yang menyambut. Hua . . . .
semangkanya terasa lebih nikmat, apalagi tanpa harus disimpan di kulkas
semangkanya sudah cukup dingin. Harga berbagai gorengan dan semangka Rp.
2.500,-, ya lumayanlah klo di setiap pos ada seperti ini, sebagai pelepas
dahaga. Kondisi badan saya mulai dingin karena bermandikan keringat, tapi saya
tidak bisa pakai jaket karena itu akan membuat keringat saya keluar banyak,
jadi selama perjalanan saya tetap memakai celana raincoat dengan tujuan agar
bisa duduk asal dimanapun. Di pos 1 bapak pedagangnya membuat perapian, enak
sekali rasanya bisa menghangatkan tubuh dengan perapian.
baru sampai pos 2 |
Baru jalan sebentar sudah mulai hujan |
Setelah sekitar 10
menit beristirahat kami melanjutkan perjalanan, karena memang sejujurnya
perjalanan masih sangat jauh menuju Ranukumbolo jadi tidak boleh kelamaan
istirahatnya nanti jadi mager lagi. Jarak antara pos 1 ke pos 2 lebih jauh
dibandingkan dari shelter ke pos 1. Hari semakin sore ketika menuju pos 2,
kabutpun mulai turun dan suhu semakin dingin, dan sudah ada beberapa teman yang
kelelahan dan merasa putus asa, tapi tidak henti-hentinya guide kami
menyemangati bahwa perjalanan ini akan worth it banget ketika sudah sampai di
Ranukumbolo. Ya saya pribadi pun sudah mulai malas-malas’an jalan kakinya, yang
menjadi motivasi pribadi saya adalah pembuktian diri, saya mampu atau tidak
untuk bertahan dikondisi yang saya sendiri sebenarnya tidak tahan. Akhirnya
kami sampai di pos 2 sekitar Pkl.17.00,- di pos 2 sudah tidak ada pedagangnya
dikarenakan sudah pulang karena sore. Di sepanjang perjalanan pun kita akan
bertemu dengan pendaki lain, saling tegur dan sapa, itu yang paling saya
senangi ketika naik gunung. Semua saling sapa dan senyum ketika saling
berjumpa, bahkan saling memotivasi untuk semangat menuju tujuan masing-masing.
Entahlah naik Gunung Semeru ini sensasi berbeda karena sering sekali saya
papasan dengan pendaki lain dari berbagai daerah, jadi merasa tidak sepi.
Mungkin akibat film 5cm yang membuat Gunung Semeru jadi tujuan utama untuk para
pendaki maupun non pendaki yang ingin merasakan sensasi naik gunung.
Saat ditengah
perjalanan pos 3 kondisi sudah tambah gelap, kabut semakin tebal membuat jarak
pandang benar-benar terbatas. Atas intruksi guide kami, saat ini jalannya tidak
boleh terpisah-pisah lagi, apalagi setelah dicek ternyata sebagian besar dari
kami justru tidak membawa senter atau headlamp. Jadi strateginya begini,
teman-teman yang tidak bisa jalan cepat justru jalannya paling depan, semua tidak
boleh saling mendahului dan jika sedang jalan posisinya harus sama. Posisi
berjalannya selang seling antara yang tidak membawa senter dengan yang membawa
senter. Saya sebagai orang yang tidak membawa senter hehehehe . . . . langsung
memposisikan dibelakang Rani yang baik hati yang pasti mau menerangi jalan
saya, dibelakang saya juga ada Mas Jangkung, oke cukup merasa aman sebagai
orang yang jalannya sering kesandung. Semakin lama jalan benar-benar gelap
ditambah hujan, saya hanya fokus dengan langkah kaki Rani yang jalan di depan
saya, saya mengikuti jejak langkah Rani sebelumnya dan tetap mendengarkan
aba-aba dari teman yang membawa senter tentang hambatan-hambatan seperti ada
batu, jangan terlalu ke kiri karena jurang, jalan pelan-pelan karena licin dan
menurun. Sesekali saya juga minta tolong disenterkan langkah yang harus saya
ambil karena sama sekali saya tidak bisa lihat. Ya gitu deh akibat tidak bawa
senter sendiri jadi menyusahkan orang lain heheheh.
Disaat gelap melanda masih aja sempat foto, lokasi pos 3 |
Sekitar pkl 20.00 kami
baru sampai di pos 3, perjalanan menuju ke Ranukumbulo seharusnya dengan waktu normal
bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 4-5 jam, yah untuk kami lebih-lebih
dikitlah. Untungnya guide kami juga cukup sabar, jika memang tidak kuat
istirahat dulu tidak memaksakan diri. Di
Pos 3 ini kami istirahatnya sedikit lebih lama, karena setelah ini kami akan
menghadapi tanjatan yang paling curam dibandingkan sebelum-sebelumnya, tapi
setelah ini perjalanan akan kembali relative datar. Perjalanan dari pos 3 ke
pos 4 kami tempuh 1,5 jam, ketika dari kejauhan melihat kelip-kelip tanda orang
bertenda, rasanya seperti berakhirlah penantian yang ditunggu-tunggu.
Dari pos 4 ke
Ranukumbolo, jalan yang kami lalui selanjutnya turunan dengan keadaan tanah
yang tidak rata. Sebelum turun guide kami sempat menawarkan mau berkemah
dimana, mau berkemah di dekat tanjatan cinta, jadi klo pagi bisa melihat
sunrise langsung dari pintu tenda tetapi kami harus jalan lagi, ya lumayan gitu
deh jalan kakinya lagi, atau mau langsung bertenda pas kita sudah turun jadi
tidak perlu jalan kaki lagi, tetapi jika mau melihat sunrise besok harus jalan
kaki dulu. Melihat situasi dan kondisi yang rasanya sudah tidak memungkinkan
lagi untuk lanjut jalan kaki jadi kami memutuskan untuk langsung bertenda saja
jika sudah sampai di pinggiran Danau Ranukumbolo.
Touchdown Ranukumbulo,
Alhamdullilah . . . . sampai disini langsung cepat-cepat mencari spot untuk
cuci kaki dan mengambil air untuk persedian minum sambil menunggu Mas-mas guide
kami membangun tenda, bahkan teman saya ada yang langsung ketiduran, ckckckck .
. . . . . Katanya Ranukumbulo adalah salah satu spot yang bagus untuk melihat
langit dimalam hari yang penuh bertabur bintang, ya jelas disini tidak ada sama
sekali polusi cahaya. Sayangnya memang cuaca sejak tadi siang mendung dan
sempat diselingi gerimis, jadi langitnya tertutup awan, hanya beberapa bintang
yang terlihat berkelap kelip. Huwalah . . . . mas-masnya sudah sigap sekali,
tidak lama menunggu 3 tenda dome sudah jadi, masing-masing tenda untuk ber-4,
pas sekali 2 tenda untuk perempuan dan 1 tenda untuk laki-laki. Tenda jadi
langsung kami masuk tenda masing-masing, saya satu tenda dengan Rodi, Rani dan
Nina. Segera masuk tenda karena sudah tidak tahan seluruh baju dan celana saya
basah keringat, yang justru membuat saya semakin merasa dingin apalagi habis
bersentuhan dengan air di Ranukumbolo. Setelah semua selesai mengganti baju,
membersihkan badan cukup dengan tisu basah. Suara dari luar sudah memanggil
untuk makan malam, ya ampun tidak berasa klo saya terakhir makan itu pas tadi
pagi. Enaknya make agent travel gini nih, semua sudah siap tidak perlu ngurusin
sendiri hehehe. Menu makan hari ini nasi dan soto ayam, sepertinya soto ayam
yang tadi pagi lalu dipanaskan kembali, plus teh manis anget. Mantab dah klo
kondisi seperti ini mau makan sesederhana apa aja juga rasanya sudah enak,
apalagi makannya bareng teman-teman seperjuangan.
Selesai makan, langsung
kami masuk tenda masing-masing bersiap-siap untuk istirahat, apalagi mengingat
besok kami harus melalui jalan yang sama untuk pulang. Saya memilih tidur
dipaling pinggir biar saya merasa sedikit lebih lega, dan tidak bikin rusuh
ketika tidur suka tiba-tiba guling-guling kemana-mana. Rasanya hangat dan
nyaman sekali ketika sudah masuk ke sleeping bag, inilah juga untungnya bawa
sleeping bag masing-masing, keep warm is important. Tidak lama kemudian mulai
sepi sepertinya semua memang sudah tidur karena terlalu lelah. Tidak lama
kemudian pun saya ikut tertidur, sekitar jam 01.00 terdengar suara
berisik-berisik saya intip dari tenda ternyata masih ada rombongan yang baru
sampai, saya kira saya adalah rombongan terakhir, mereka berkemah tidak jauh
dari tenda kami. Beberapa saat kemudian
saya sering-sering bangun karena udara yang dingin dan sesekali angina gunung
yang menusuk tulang masuk melalui celah-celah tenda. Setelah saya ganti celana
yang hangat baru bisa tidur nyenyak sampai akhirnya saya terbangun kembali oleh
suara Rodiah dan Nina yang mau siap-siap sholat subuh dan mengambil air untuk
wudhu. Setelah saya mengintip keluar ternyata memang matahari sudah mulai
menyembul keluar. Keinginan untuk berburu sunrise dikalahkan oleh kekuatan
gravitasi untuk tetap cuddling dengan sleeping bag didalam tenda. Teman-teman
yang lain juga tidak ada yang mengajak untuk keluar makin mager aja hehehehe.
Our tend and Ranukumbolo Panorama |
Harus tetep gaya kekinian |
Tempatnya itu bengong able |
Wefie 1 |
Wefie 2 |
Tag line'nya blakrax |
Mulai pkl.06.00 saya
baru mau keluar tenda, kegiatan berikutnya adalah mencari spot yang bagus untuk
foto-foto, tapi tetep ya saya dan sebagian besar teman-teman lainnya mau’nya
foto-foto pun tidak jauh dari tenda. Sebenarnya kami diajak untuk cari spot
foto yang fenomenal lainnya. Seperti diatas bukit, ladang ilalang ataupun ke
oro ombo yang katanya ada ladang lavender. Yang mau ikut ke tempat-tempat cuma
Rodiah aja, hahahaha. Setelah puas foto disana foto disini, sampai kehabisan
gaya, akhirnya kami dipanggil untuk makan dulu. Makan pagi kali ini dengan menu
sayur sop sosis, chicken nugget, dan telor dadar by chef Pandu dan chef Didin.
Lagi-lagi kami hanya tinggal makan. Setelah makan, semua diharapkan segera
membereskan barang pribadi masing-masing, karena jam 09.30 kita sudah siap
berangkat kembali turun. Setelah membereskan barang pribadi, ganti baju dengan
baju trecking, kembali mengisi air untuk persedian minum ketika pulang dan
membereskan sampah-sampah langsung cuss tapi sebelumnya kita menyempatkan diri
untuk foto bareng sebelum bye bye ke Ranukumbolo.
Biar tidak tampak besar fotonya dibelakang aja |
Teman tidur hari ini |
Mas Pandu Our guide |
Ma'af ya agak gelap |
Mas Didin our checf |
1....2....3.... Jump |
Sekitar jam 10.00 kita turun,
sepanjang turun juga jalannya sudah masing-masing, sepanjang jalan banyak
bertemu dengan orang-orang yang baru mulai untuk naik. Bahkan saya bertemu
dengan group yang salah satunya adalah wanita yang sedang hamil 2 bulan, wihhh
. . . keren. Katanya karena sudah
diagendakan dari 3 bulan yang lalu, dan karena selama menjadi anak gadis
dilarang kemana-mana. Untung orang tua saya tidak pernah ngelarang-larang
selama berada di jalan yang benar. Perjalanan lebih enak ketika berangkat karena
lebih adem, klo turun lebih panas terus istirahatnya juga sebentar-bentar
karena harus mengejar waktu. Di setiap pos tidak lupa selalu beli semangka
penghilang dahaga dan penambah semangat. Selama perjalanan Bu Leni tertinggal
jauh dibelakang dibandingkan teman-teman yang lain karena sedang mengalami
keram perut tapi Bu Leni ditemani Mas Didin dan Mas Pandu si.
Ranum dari kejauhan |
Bye bye Ranukumbolo |
Sampai di pusat
informasi sekitar jam 3 sore, sebelumnya kami harus melapor diri dulu, setelah
selesai istirahat sebentar langsung menuju Jeep dan perjalanan ke Tumpang
(Rumahnya Mas Pandu dimulai). Walaupun jalannya berbelok-belok dan banyak
guncangan tapi ngantuk tak tertahankan jadi selama di jalan merek melek,
setengah tidur. Tidak lama kemudian hujan turun dan cukup deras, mana jaket ada
di dalam tas. Yasudah iklas aja semuanya jadi basah deh. Sesampai di rumah Mas
Pandu sudah menjelang magrib, karena saya cukup basah diseluruh tubuh (ceileh
kaya lagu dangdut) buru-buru deh abis minum teh anget, mandi dang anti baju,
mumpung yang lain lagi sibuk makan. Setelah itu baru makan masakan mama’nya Mas
Pandu, ada sayur bayem, tempe, ayam dan yang paling enak adalah sambel
terongnya itu loh. Setelah makan, sholat magrib jam 18.30, kita langsung menuju
basecamp Blakrax.
Dari awal trip ini saya
memang prefer untuk menginap di semacam hotel sederhana atau homestay aja agar
lebih privasi, untungnya ada Rodiah yang mau menemani dan sharing cost. Untuk
teman-teman yang lain mereka menginap di markas blakrax, tempatnya juga nyaman,
mereka malah dikasih extra bad, tapi buat saya cukuplah 2 hari ini kurang,
khusus hari ini pengen banget tidur ditempat yang luas, empuk, dan nyaman
(hahahah dasar anak manja). Sekitar jam 19.30 saya dan Rodiah diantar ke
penginapan, yang mencari penginapan pun mereka. Jadi perjalanan bersama blaxrak
selesai sampai disini. Saya pun bertemu teman-teman yang lain besok ketika mau
pulang langsung di Stasiun Malang. Perjalanan saya keliling Kota Batu akan
dilanjut di lain lapak. Baca juga ya.
Barang pribadi yang wajib dibawa
Raincoat
Tas yang memiliki raincover
Headlamp/senter
Sendal gunung memakai sepatu gunung lebih bagus lagi
Sleeping bag (dapat dari agent trip)
SIMAKSI (diurus agent trip)
Surat keterangan sehat dari dokter (asli)
Foto copy KTP/identitas lainnya
Sarung tangan dan kaos kaki
Makanan dan minuman pribadi secukupnya
Transportasi
Gojek Rumah-Stasiun Pocin :
Rp.15.000,-
Comuterline PP Depok-Senen : Rp. 6.000,-
Kereta kelas Ekonomi Senen – Malang (PP):
@Rp.115.000,00. = Rp.230.000,00
Paket Trip Rp. 970.000,- include tiket kereta api
PP Senen-Malang, makan selama trip, peralatan kemah, kendaraan selama trip,
SIMAKSI, guide 3 orang, Peralatan P3K, dan asuransi
For more info our travel agent is Blakrax Trip
Organizer.
Kereeennn....
BalasHapusSukaaa sama ranukumbolo...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus