Hari raya Idul Fitri
adalah satu-satunya kesempatan saya untuk berlibur dengan anggota keluarga lengkap. Jika hari-hari biasa, mau long week end ataupun libur tanggal merah yang panjag, ayah saya adalah salah satu orang yang paling susah sekali diajak
pergi-pergian, alasannya selalu sama karena tidak bisa meninggalkan kewajiban
pekerjaannya. Nah libur lebaran adalah satu-satunya kesempatan bisa pergi
lengkap ber-4.
Sudah tradisi keluarga
kami (entah sejak kapan) disetiap lebaran hari ke-2, kami manfaatkan untuk
liburan. Tahun ini saya sudah merencanaknnya agak jauh-jauh hari, 1 bulan
sebelumnya. Biasanya kami memutuskan destinasi liburan mendadak H-1 sebelum keberangkatan.
Tiba-tiba saja muncul ide kami mau liburan ke Pulau Seribu. Agar rencana ini tidak
hanya sekedar wancana saja, ya sudah saya yang menjadi motornya. Kira-kira H -
2 minggu saya baru serius searching-searching agen.
Setelah searching
mengenai harga berikut dengan fasilitas yang ditawarkan, ada beberapa kandidat
agen yg saya hubungi. Sayang sekali dari beberapa agen yang saya hubungi agak
low respond, kurang komunikatif jadi membuat saya ragu. Di akhir pencarian saya
munculnya nama agen Bu Dewi. Bu Dewi adalah satu-satunya agen yang saya hubungi
cukup fast respond. Ketika saya meminta internery dan lainnya via email
pun, hari itu juga saya dikirimi, jadi semakin yakin menggunakan agen ini.
Fasilitas yang ditawari berikut dengan harganya pun cukup terjangkau.
Untuk menunjukan bahwa
saya serius, plus ini sudah H- 2 minggu keberangkatan, saya segera mentransfer
DP, untuk DP yg diminta minimal @Rp 50.000/ orang, karena kami ber-4 jadi saya DP Rp. 200.000 dulu. Sisanya akan dibayarkan nanti ketika kami sudah
sampai di Pulau Tidung. Oh iya untuk harga paket ber-4 harga per orangnya @ Rp.
450.000, 00 semakin banyak rombongan harganya akan semakin murah.
Saya diminta untuk
menghubungi Bu Dewi kembali H-1 sebelum keberangkatan untuk dikabari mengenai
ABK dan kapal laut yang akan kami tumpangi. H-1 pun saya message Bu Dewi dan langsung diberikan no telp ABK yaitu Pak Nara yang bisa saya kontak ketika di
muara angke nanti. Malamnya pun Pak Nara menghubungi saya kembali untuk sudah
stand by di Kaliadem jam setengah 6 pagi. Huwaduh pagi bener ya. Agak ragu klo keluarga saya bisa datang tepat waktu, mengingat jarak ke Kaliadem cukup jauh dan kami juga
berencana mau naik angkutan umum untuk menuju muara angke. Tapi kami yakin dan
berusaha untuk bisa datang tepat waktu.
Paginya jadwal
keberangkatan kami agak meleset, rencananya si mau jam 4 pagi sudah berangkat,
tapi kami baru berangkat jam 04.20. Perjalanan dari rumah (Cilodong-red) lancar
jaya, jalanan masih sepi sekali. Tidak lama sampai Stasiun Pondok Cina KRL ke
Kota sudah ada, kondisinya mun sepi. Klo hari biasa jam segini pasti mulai
ramai. Sampai di Kota waktu menunjukan hampir jam setengah 6 pagi. Karena sudah
sangat kebelet pipis saya dan ibu ke toilet dulu, ade dan ayah saya keluar duluan,
saya sudah bilang untuk tunggu di depan pengecekan karcis. Setelah ke toilet
saya tidak menemukan ade saya, saya kira mereka sudah menuju ke depan bank
mandiri untuk naik 02 yg menuju Muara Angke. Ketika mau menuju depan Bank Mandiri
tiba-tiba ade saya telepon klo sudah ada di depan Bank BNI dan sudah menunggu dengan
taksi. Agak kaget kenapa tiba-tiba memutuskan naik taksi, padahal niatnya saya
mau mengajak keluarga saya trip hemat ala-ala backpacker yang biasa saya
jalanin. Kecurigaan bertambah ketika saya lihat taksi yang di carter ade saya
adalah taksi bandara, ditambah lagi ketika saya sudah naik argo'nya tidak
dijalanin. Abang-abang medan yang mengendarai taksi emang keren si, serasa kaya
lagi di film fast furiuos, bawa mobilnya ngebut-ngebut abis bikin jantungan, 3 lampu
merah diterabas, belum lagi untuk menghindari macet abangnya terabas portal.
Perjalanan Stasiun Kota - Muara Angke terasa singkat sekali. Padahal saya
mintanya taksi mengantar langsung sampai Kali Adem, tapi dengan berbagai alasan
sopirnya cuma bisa antar kami sampai depan Muara Angke saja. Setelah saya tanya
berapa, terkaget saya Stasiun Kota - Muara Angke yang mana jaraknya tidak terlalu
jauh digetok harganya Rp.150.000, ini pasti ade saya tinggal naik-naik aja
tanpa bargaining apapun. Ditawar jadi seratus ribu pun tidak bisa, apalagi dengan
alasan kita sedang buru-buru dan abangnya sudah berusaha membawa kita secepat
mungkin. Yaudah deh kami bayar, niat selanjutnya adalah jalan kaki aja sampai ke Kali Adem, karena sudah memakan biaya banyak tadi di taksi. Saya belum pernah ke Kali Adem, jadi ketika masuk ke Muara Angke sempat bertanya dulu ke security sekitar, klo menurut security masih lumayan jauh jika ke Kali Adem mau jalan
kaki, dia merekomendasi naik odong-odong aja yang harganya ketika pas lebaran
jadi Rp.10.000/orang, ketika lagi nanya-nanya gitu ada tukang ojek yang nguping
pendengaran kami. Tiba-tiba tukang ojek ikut nimbrung dan mulai mempengaruhi,
katanya klo naik odong-odong lama nunggu penuhnya terus jalan menuju kali adem
juga sedang macet-macetnya. Lebih baik naik ojek aja cepat dan menghindari
macet. Harga awal ojek menawarkan Rp. 25.000 ditawar jadinya Rp. 15.000. Karena
ojeknya cuma ada 2 motor jadi kita naiknya bertiga, biar lebih hemat waktu tidak perlu bolak-balik lagi. Emang si abang ojek lewat jalan-jalan tikus ke Kali Adem. Ketika
mau bayar ternyata Rp.15.000 itu bukan permotor tapi perorang. Jadi bayar
ojeknya Rp.30.000/motor. Hadehh . . . . Kena tipeng lagi deh.
Sampai Kali Adem sudah
terlihat cukup ramai orang-orang yang niat mau liburan ke Kepualauan Seribu.
Saya langsung telepon Pak Nara, ABK kapal yang sudah menunggu di depan kapal
BRI, sampai di Kali Adem masih jam setengah tujuh kurang tapi kapal-kapal yang mau menuju ke berbagai pulau di Kepulauan Seribu saya lihat sudah hampir
penuh ditempati wisatawan. Sampai di kapal yang saya tumpangi sudah dipenuhi sebagian besar penumpang, hanya bagian dek yang baru ke isi sedikit penumpang tapi bau solar dan lantai 1 kapal yang tersisa hanya bagian tengahnya. Langsung kami menempati bagian
yang tersisa mencari posisi pewe. Walaupun kapal sudah penuh tapi baru
berangkat sekitar jam 08.00 lewat. Padahal pantat sudah terasa pegel menunggu. Lama perjalanan dari Kali Adem - Pulau Tidung 3 jam dengan menggunakan
kapal tradisional. Ombak hari itu dikategorikan aman dan bersahabat hanya
sesekali saja kapal diterjang ombak cukup keras. Saya dan keluarga saya yang
lainnya Alhamdullilah bertahan tidak ada yang muntah. Walaupun diperjalanan
banyak godaan untuk ikut muntah ketika banyak orang lain mabuk laut.
Touch down Tidung Island,
sesampai di Pulau Tidung kami sudah ditunggu oleh guide, sebelum sampai saya
sudah dikasih nomor guide kami yaitu Mas Arif. Setelah sempat contac-contac'an sebelumnya untuk menanyakan posisi menunggu dimana akhirnya katemu juga. Pelabuhan waktu itu
kondisinya benar-benar ramai, antara pengunjung yang baru sampai dengan
pengunjung yang mau pulang, semua tumpah ruah. Jarak antara penginapan dengan
pelabuhan lumayan jauh juga jika ditempuh dengan jalan kaki. Letak penginapan kami
letaknya ditengah-tengah rumah warga bukan dipinggir pantai. Ya resiko si ya
baru hubungi agent travel H-2 minggu sebelum keberangkatan.
Bentuk home stay kami
seperti kontrakan dengan 3 kamar. Cukup luas untuk kategori kami yang hanya
ber-4, kamar pertama ada tempat tidur ukuran sedang dengan TV, kamar ke-2 ada
kasur ukuran big dan kasur ukuran kecil. Kamar 3 ada toilet dengan wastafel.
Ada ACnya yang 1 AC untuk 2 kamar plus tidak terasa sama dinginnya AC.
Memasuki rumah langsung tersedia makan siang berupa sayur sop-sop'an, ikan
kembung goreng, tahu goreng dan semangka.
Kondisi WC |
Komdisi ruang tengah |
AC yang dibagi 2 |
Kondisi ruang 1 |
Setelah makan kami
istirahat dulu sambil menunggu waktunya sholat Dzuhur, sekitar jam 13.00 Mas
Arif kembali datang dengan membawa perlengkapan untuk snorkling,
perlengkapannya terdiri dari google, snorkle, masker dan pelampung.
Sebelumnya kami diberitahu jika alat-alat tersebut ada yang jatuh ke dasar laut
maka akan menjadi tanggung jawab kami. Setelah mengambil peralatan
masing-masing, kami harus jalan kaki lagi menuju ke dermaga untuk naik perahu kecil yang akan kami
gunakan menuju spot snorkling. Satu perahu kecil tidak hanya keluarga
saya, tetapi masih ada 2 rombongan keluarga lainnya. Setelah kira-kira 10 menit
naik perahu sampailah kami di spot snorkling, perairannya cukup jernih dan
berombak cukup tenang, sangat cocok sekali bagi saya yang pemula hehehehe.
Awalnya si sempat takut-takut sedikit pas awal-awal turun, apalagi belum
terbiasa dengan peralatan snorkling. Justru tanpa disangka-sangka Ayah sama Ibu
yang jago renang, malah mereka tidak perlu menggunakan snorkle lagi, langsung
berenang bebas. Pemandangan bawah lautnya pun cukup bagus terlihat terumbu
karang dan ikan-ikan kecil berwarna-warni. Sayangnya kami tidak
memakai kaki katak, jadi cukup perih ketika kaki saya terkena terumbu-terumbu
karang, apalagi di spot kami snorkeling bawahnya hampir semua ditutupi terumbu
karang.
Perahu-perahu yang mengantar untuk snorkling |
duo bulat |
wefie |
ini panas banget loh tapi harus tetap senyum |
Kondisi jembatan cinta dari kejauhan |
Setelah puas
snorkeling ala pemula dan foto-foto under water, trip kami dilanjutkan menuju
spot berikutnya ke Pulau Tidung bagian Barat. Objek wisata disini ada water
sport, banyak jajanan mulai dari minuman dan makanan, serta jembatan yang
paling legendaris di Pulau ini yaitu Jembatan Cinta, merupakan jembatan
penghubung antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Paket yang kami
ambil sudah termasuk naik banana boat, so langsung deh kami coba banana boat
disana, lumayanlah 1 putaran naik banana boat, seperti biasa terakhir naik
banana boat kami dijailin dengan cara dijatuhkan ke laut. Ini yang lumayan
bikin mata dan hidung perih. Selain banana boat ada lagi wahana pari terbang.
Jika paket yang kamu ambil belum termasuk naik banana boat kamu juga bisa loh,
bayar on the spot buat naik wahana ini harga sekitar Rp.15.000 – Rp.
20.000/orang.
Jenis-jenis wahana air yang bisa dimainkan |
Gaya-gaya'an snorkling |
I feel like squidword |
Karena kondisinya di
sekitar jembatan cinta ini sedang penuh-penuhnya plus panas-panasnya jadi saya
dan keluarga memutuskan untuk melipir ke sisi pantai lainnya yang cukup sepi
menghindari keramaian. Kondisi pantainya enak sekali untuk bersantai, sepi,
pasir putih, laut biru dan teduh karena banyak pohon yang tumbuh dibibir
pantai. Sambil ngobrol-ngobrol santai ber-4 kami jajan-jajan. Jajanan disini
pun kategorinya cukup terjangkau. Minuman botol harganya Rp. 4.000 – Rp. 8.000,
ada tahu, gorengan, batagor, ice cream sandwich, bubble drink semuanya harganya
tidak lebih dari Rp.10.000. Tidak lupa sambil makan dan ngobrol kami
selfie-selfie, jarang-jarang mau selfie ber-4.
Panas Mas Bro |
Brother and sister |
Semoga selalu sehat dan bahagia ya |
We are happy family |
Sekitar mendekati jam
15.00 saya ditelepon oleh Mas Arif, karena sekarang waktunya untuk kembali ke
tempat kami menginap untuk bersih-bersih. Kembali ke penginapan menggunakan
jalur yang sama dengan tadi berangkat yaitu naik perahu kecil lalu jalan kaki.
Setelah sampai penginapan Mas Arif akan jemput kami nanti sore untuk melihat
sunset menggunakan sepeda. Sementara itu kami bersih-bersih dan siap-siap kalo
dijemput.
Sekitar mendekati jam
17.00, Mas Arif sudah menjemput kami untuk melihat sunset dan sudah siap dengan
4 sepeda berkeranjang. Yups . . . . sepeda adalah salah satu alat transportasi
alternative untuk kita bisa keliling Pulau Tidung. Sepeda di Pulau Tidung bisa
diparkir dimana saja tanpa takut hilang karena disetiap sepeda sudah ada nama
tempat penyewaannya dan nomor masing-masing, tinggal ingat-ingat aja ciri-ciri
sepeda kamu, hati-hati ya ketuker sama punya yang lain. Sore ini pun cuaca
cukup mendukung untuk melihat sunset, cerah ceria. Di sepanjang jalan dan
gang-gang yang kami lewati pun penuh dengan orang-orang naik sepeda ke tempat
dengan tujuan yang sama. Seru sekali menikmati sore hari ini, sambil keliling
melihat fasilitas-fasilitas sosial yang ada di Pulau Tidung, di tengah perjalanan
pun kami melewati rumput ilalang yang cukup tinggi, Instagramable banget deh
nih ilalang, sayangnya saya tidak bisa turun untuk foto karena takut
ketinggalan rombongan di depan. Wow . . . ternyata di sepanjang pantai cemara
kasih sudah ramai dengan sepeda, terlalu crowded
dengan orang-orang yang sudah siap sedia dengan spotnya masing-masing. Guide
kami langsung mengaja kami ke ujung Tidung, ternyata disana juga sudah ramai,
tapi masih ada si sisa-sisa spot untuk menikmati sunset. Untuk menikmati sunset
di pinggir pulau ini, kamu bayar parkir sepeda ya cukup Rp.3.000/sepeda.
Selesai melihat sunset kembali ke homestay. Si Ayah sempet hilang sok tahu
memisahkan diri dari rombongan, ujung-ujungnya ayah datang paling belakang,
yang nyebelinnya adalah kunci homestay ayah yang pegang jadi untuk masuk kita tetap harus nunggu Ayah datang.
Semua spot sudah terisi oleh orang |
Pemandangan sunset di Pulau Pari Barat |
Backroudnya orang-orang bukan sunset |
Setelah sholat magrib
selanjutnya adalah free time, makan malam pun sudah datang dengan menu yang
tidak jauh berbeda dari makan siang. Ikan, kerupuk, sayur dan buah melon. Berhubung
kita lagi di Pulau Tidung sayang sekali jika waktunya kita habiskan hanya di
homestay sambil menonton TV. Akhirnya keluarga saya jalan-jalan malam hari naik
sepeda menuju jembatan cinta yang tadi siang sudah kita kunjungi. Di Pulau
Tidung keadaan jalannya terdiri dari gank-gank kecil jadi klo tanpa guide harus
benar-benar ingat ya posisi homestaynya dimana. Tetapi di beberapa persimpangan
ada penunjuk jalannya menuju tempat-tempat wisata yang ada di Pulau Tidung.
Menyusuri jalan-jalan
kecil di Pulau Tidung pada malam hari, sesungguhnya sangat seru karena ramai sekali. Hampir
di semua rumah yang kami lewati penuh dengan para wisatawan, mungkin juga
penyebabnya karena waktu kami berkunjung yang pas dengan liburan lebaran. Selama di Pulau Tidung, buat
kamu yang hobi jajan tidak perlu takut, di sepanjang jalan banyak sekali tukang
jajanan berbagai makanan, mulai dari nasi padang, sate, nasi goreng, sampai
jenis-jenis makanan ala kafe pun ada dengan harga yang tidak jauh beda jika
kita lagi di Jakarta. Di semua pusat jajanan rame dengan pengunjung. Rata-rata
pengunjung yang datang pada saat itu justru etnis Tionghoa yang sama-sama
menikmati libur panjang lebaran.
Ternyata jarak antara
home stay dengan jembatan cinta cukup jauh juga jika memakai sepeda, tapi saya
benar-benar menikmati sekali bersepeda di malam hari karena lebih sepi dan
terkena angin laut yang semilir. Sesampai di jembatan cinta sangat sepi sekali
berbanding tebalik dengan tadi siang ketika saya berkunjung, toko oleh-oleh
ataupun jajanan pun masih ada beberapa yang buka. Karena di malam hari tidak ada
penjaganya jadi kamu bisa memarkirkan sepeda persis di pinggir jembatan plus
tidak perlu bayar parkirnya lagi. Jembatan cinta dimalam hari diperindah dengan
lampu-lampu warna-warni yang menghiasi pinggiran jembatan. Ada beberapa orang
juga yang menikmati jembatan cinta dengan sensasi yang berbeda seperti kami,
mereka malah membawa kembang api, lumayanlah ada hiburan. Ada juga beberapa
orang yang sengaja memancing di malam hari dipinggiran jembatan. Karena angin
di sekitar jembatan yang cukup kencang, jadi ibu tidak tahan lama-lama, takut
masuk angin katanya. Ditambah lagi ibu tidak bawa jaket.
Sepanjang perjalana
kembali ke home stay kami mampir dulu buat beli oleh-oleh dan beli otak-otak.
Harga otak-otak Rp.1.500/pcs. Ditengah perjalanan pulang saya di telepon Mas
Arif yang sudah mempersiapkan BBQ buat kami dan sudah ditunggu di depan
homestay. Sempat beberapa kali kesesat ketika kembali ke homestay karena salah
belok gank hehehe. Sesampai di homestay BBQ sudah jadi, BBQ yang dimaksud
adalah membakar 3 buah ikan besar (entah nama ikannya apa, yang pasti cukup
enak) ditambah dengan sate cumi, dibakar ala Mas Arif dengan bumbu sambal
kecap. Yasudah tancap lah ni makanan. Karena sudah malam
waktunya kami untuk beristirahat. Ibu, Ayah dan Ade saya semua tidurnya mau
dikamar depan karena tidak gerah dan kasurnya empuk. Yasudah saya dikamar
tengah dengan 2 kasur, trs sempet digigitin semut yang entah darimana tiba-tiba
menyerang di malam hari.
Menu BBQ |
Ceritanya pagi-pagi kami
sudah siap-siap mau liat sunrise di jembatan cinta, sempat beberapa kali
menghubungi guide, tetapi dari suaranya sepertinya baru bangun tidur. Berhubung
kita juga sudah tau jalan menuju jembatan cinta jadi kami pergi aja sendiri.
Jembatan cinta di pagi hari ternyata sudah ramai pengunjung, klo pagi-pagi
parkir sepeda sudah bayar ya Rp.2.000/sepeda. Walaupun ketinggalan liat
sunrise, tidak apa-apa deh, sekarang saatnya kami menjelajah, menyebrangi
jembatan cinta menuju Pulau Tidung kecil. Saking kepo’nya saya dan keluarga
jalan sampai ke ujung Pulau Tidung kecil yang sepi, tidak ada apa-apa di Pulau
Tidung kecil hanya terdiri dari hutan kecil saja. Tapi lumayanlah hitung-hitung
jalan pagi sambil ngobrol-ngobrol gini kan jarang terjadi. Tidak lama kemudian
saya di telepon Mas Arif kembali, yang mengingatkan kami untuk sudah ready
pulang jam 08.00. Ya ampun tidak berasa sekali tiba-tiba kita harus pulang aja.
Di sepanjang jalan pulang banyak warung-warung jualan untuk sarapan seperti
nasi uduk dan gorengan walaupun di home stay dapat sarapan tapi ya namanya
tukang jajan, ga afdol klo ga ikut beli.
Sesampai di home stay
langsung sarapan dan bersih-bersih. Jam 08.00 Mas Arif sudah menunggu kami
untuk mengantar pulang. Jam 08.30 kami baru ready menuju pelabuhan. Ternyata di
pelabuhan sudah ramai sekali kapal-kapal yang membawa penumpang kembali ke
Jakarta. Karena kami kategorinya penumpang yang datang telat jadi sesampai di
kapal semua spot sudah penuh dengan orang. Malah ada beberapa penumpang yang
sempet protes karena sudah penuh masih saja dipaksa tambah penumpang. Spot yang
tersisa tinggal bagian-bagian yang tidak enak seperti di dekat mesin jadi
getaran sungguh berasa sekali. Beda dengan ketika berangkat, perjalanan kami
pulang pun sekitar 3 jam’an, perjalanan pulang tidak senyaman ketika berangkat,
alhasil saya dan ade saya jackpot deh. Jadi klo kamu berlibur ke Kepulauan
Seribu dengan menggunakan kapal motor biasa, posisi duduk itu sangat
mempengaruhi mabuk laut atau tidaknya kamu.
Alhamdulilah akhirnya
sampai juga di kali adem, untuk selanjutnya saya mengikrarkan diri tidak mau
lagi terjebak dengan harga-harga transportasi yang menggentok. Untuk menuju ke
depan jalan raya muara angke, angkutan termurah adalah menggunakan semacam
odong-odong, karena penumpang sedang banyak odong-odong yang tadinya harga
Rp.10.000/orang jadi naek Rp.15.000/orang. Bisa aja ini tukang odong-odong
ambil momentanya. Kekecewaan kembali berlanjut tenyata odong-odong menuruni
kami di tengah jalan tidak sampai di depan pintu masuk muara angke dengan
alasan takut kena tilang klo sampe depan jalan raya, padahal kemarin pagi saya
liat mereka banyak juga yang cari penumpang di depan pintu masuk muara angke.
Perjalanan selanjutnya bisa naek angkot (tapi angkotnya tidak menuju stasiun
kota) atau naik taksi sekalian. Tapi saya ng’push keluarga saya untuk jalan
kaki sampai depan dan naik kopaja di depan. Ya walaupun harus berjibaku dengan
jalanan muara angke yang banyak kubangan air berwarna hitam dan bau pada
akhirnya kami berhasil jalan kaki sampai di depan.
Di depan muara angke ada
beberapa taksi berwarna putih yang mangkal, sempet ditawari oleh sopir taksi,
tapi saya menegaskan kembali ke keluarga untuk trip hemat. Setelah menunggu
lebih dari 15 menit menunggu ditengah terik matahari kopaja yang kami tunggu
tetap belum lewat. Ayah dan ade saya mulai ngeluh dan rese, langsung deh ayah
ngeluarin jurus, naik taksi aja nanti ayah yang bayar ini, begitupun ibu karena
ga tahan dengan panasnya Jakarta Utara. Si sopir taksi tadi kembali datang dan
menawarkan diri taksinya, bilang ke saya, “naik taksi saya aja sekalian saya
mau pulang ke Pool nih saya kenain Rp.70.000”. Setelah dapat dari persetujuan
ayah saya langsung kita naik taksi. Karena saya duduk di kursi depan saya
melihat sopir taksinya menyalakan argo, ternyata muara angke –stasiun Kota
tidak sampai Rp.40.000,- tapi kita lagi-lagi digetok harganya dengan alasan
abang taksinya mau ke pool taksi, mangkanya harga nembak. Ya Allah kena lagi
ditipu. Cobaan berikutnya di Stasiun Kota sudah penuh sesak dengan orang-orang yang
sepertinya mau liburan hemat ke Kota Tua, tumpah ruah. Tiket untuk comuterline
saja panjangnya Masya Allah, saya delegasi ade saya untuk mengantri beli tiket,
ibu dan ayah silahkan tunggu ditempa nyaman. Tadinya sambil nunggu ade saya mau
beli minuman segar, apa daya semua food court di stasiun penuh. Setelah dapat
tiket dan tidak terlalu lama menunggu akhirnya comuterline menuju Depok datang,
untunglah kita semua dapat duduk.
Sampai disini ya cerita
liburan kelurga menuju Pulau Tidung Kali ini, seperti yang kalian baca sebagian
uang kami justru abisnya untuk transportasi, ya namanya juga lagi lebaran
selalu aja ada oknum yang memanfaatkan momenta ini. Mungkin kalian semua bisa
dapat hikmahnya dari cerita saya. Klo untuk agent Pulau Tidungnya si lumayan recommended.
Ini contac Bu Dewi ya 0858 8821 9272
Berikut fasilitas yang
diberikan:
1. Tiket kapal Ferry PP
(Muara Angke – P. Tidung)
2. Home stay/penginapan AC
3. Tiket asuransi
perjalanan
4. Makan 3 kali untuk yang 2 hari 1 malam (per box, ayam/cumi/ikan,
sayur, air mineral, kerupuk, sambal dan buah penutup)
5. Guide lokal
6. Sepeda perorang
7. Peralatan snorkeling
8. Barbeque (ikan, alat
bakar dan bumbu sudah tersedia)
9. Welcome drink
10. Kapal menuju spot snorkeling
11. Banana boat
Interniry selama 2 hari
1 malam
05.00 – 06.00 : kumpul di pelabuhan muara Angke
06.00 – 06.15 : cari PO (Posisi Okeh) di dalam kapal,
bagi yang mabuk laut bisa naik ke lt.1 kapal, diharapkan minum antimo 30 menit
sebelum keberangkatan
07.00 – 10.00 : kapal berangkat menuju pulau Tidung
10.00 – 10.30 : tiba di dermaga, pembagian homestay
dan guide
10.30 – 11.30 : welcome drink dan Ishoma
11.30 – 12.30 : siap-siap snorkeling
12.30 – 17.30 : menuju lokasi snorkeling dan
menghabiskan waktu di jembatan cinta
17.30 – 18.00 : berburu sunset
18.00 – 20.00 : kembali ke home stay dan Ishoma
20.00 – 23.00 : Barbeque
23.00 – 07.30 : Tidur dan acara bebas
HARI KE DUA
05.30 – 07.30 : sunrise time dan sarapan
07.30 – 09.00 : bersepeda keliling pulau
08.50 – 09.00 : siap-siap packing
09.00 – 10.00 : menuju dan mengumpul di Pelabuhan
Pulau Tidung
10.00 – 10.30 : Mencari posisi PO
10.30 – 12.30 : perjalanan ke muara angke
Www.sayitind.com express yourself through your clothes
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus