Saya adalah seseorang lulusan dari jurusan pendidikan geografi di sebuah uninersitas negeri di kota Jakarta. Oleh karena saya sudah terbiasa berpetualang menjelajahi tempat-tempat wisata semasa kuliah karena memang prakteknya seperti itu. Lama-lama travelling menjadi hobi. Setelah memasuki dunia kerja mulailah semakin susah untuk melakukan travelling karena masalah waktu. Untunglah saya bekerja sebagai tenaga pendidik di sebuah sekolah swasta nasional dibilangan kota Depok. Yups . . . . moment liburan akhir semester adalah satu-satunya kesempatan saya untuk melakukan travelling.
Rencananya travelling kali ini saya ditemani dengan teman saya Endah bertemakan ala backpaker. Kami hanya berdua saja karena susahnya menyamakan jadwal liburan dengan teman-teman yang lain yang sudah bekerja. Destinasi yang kami pilih adalah Dataran Tinggi Dieng Wonosobo, Semua rencana sudah kami persiapkan dari sebulan sebelum keberangkatan. Mulai dari beli tiket bus sampai take penginapan. Untuk perjalanan kali ini kami hanya mengandalkan info-info yang didapat dari internet. Sedangkan diantara kita berdua belum ada yang pernah ke Dieng dan yang pasti kami hanya modal nekat dan bismillah aja.
Sehari setelah pengambilan raport, hari minggu tanggal 22 Desember 2013 adalah rencana keberangkatan, kami naik bus dieng indah dari Pal (Depok) - Wonosobo, harga tiket Rp 105.000. disuruh ngumpulnya si jam 16.00 tapi sekitar jam 17.00 bus nya baru datang, Busnya masih sepi jadi kita diajak keliling-liling dulu buat jemput penumpang lainnya di daerah sepanjang jalan raya Jakarta-Bogor dan Kalimalang. Keberangkatan aslinya sekitar jam 18.30 dari Kalimalang. Untunglah kami dapat kursinya persis dibelakang sopir jadi bisa liat-liat jalan klo bosen tapi ruginya si bapak sopir ga berenti merokok sepanjang perjalanan padahalkan ini bus AC, jadi kadang asapnya ke arah kami. Selama perjalanan bus sempat istirahat setengah jam untuk makan malam setelah itu lanjut terus ga pake berenti-berenti. Perjalanan lancar jaya tanpa menemukan kemacetan walaupun diluar terlihat hujan. Sepanjang perjalanan diiringi lagu dangdut koplo berbahasa Jawa yang membuat saya agak sulit untuk memejamkan mata hehehehehe.
Entah setelah sampai didaerah mana (karena kondisi masih setengah sadar dibangunin mendadak), setelah hampir sebagian penumpang bus banyak yang sudah turun, sisanya kami disuruh gabung dengan bus Dieng Indah lain untuk sampai terminal Wonosobo. Agak merasa kecewa si karena kami jadi ribet harus pindah-pindah bus apalagi busnya sudah cukup penuh, jadi saya dan Endah sempat berdiri dulu sambil ngantuk-ngantuk lebih dari 30 menit berharap ada penumpang yang turun ditengah perjalanan baru deh dapet tempat duduk lagi.
Sekitar jam 04.00 dini hari tiba-tiba konduktur teriak-teriak yang mau ke Dieng turun di Plaza Wonosobo, sempet bingung si mau ikutan turun juga apa ikut aja sampai terminal Wonosobo, karena info yang kita dapat dari internet kebanyakan menyarankan naik elf berikutnya dari terminal Wonosobo tapi saya juga sempat baca ada yang bilang bisa dari plaza. Setelah melihat banyak anak-anak cowo yang kayanya mau ke Dieng juga pada turun saya dan Endah ikut-ikutan aja turun tapi sebelumnya sempet nanya kondektur yang agak galak itu dulu.
Turun dari bus udah ada orang yang mengarahkan kita untuk naek elf mereka ke Dieng, sudah banyak elf-elf yang berjajar walaupun masih jam 4 pagi. Elfnya langsung penuh, saya satu rombongan dengan teman-teman yang tadi satu bus juga dari Bogor dan Jakarta untuk naek Gunung Prau. Untunglah saya sedikit merasa aman, karena dalam 1 elf ini cewenya hanya saya dan Endah. Inilah serunya klo backpakeran banyak ketemu orang baru juga yang ternyata satu tujuan. Ongkos untuk Elf Plaza - Wonosobo Rp 15.000.
Awalnya saya tidak begitu peduli dengan pemandangan karena saya akui saya masih sangat ngantuk jadi matanya merem melek deh selama di elf, apalagi hari masih gelap. Ketika tiba-tiba jalanan mulai terasa menanjak dan matahari mulai menyumbul keluar, Endah berusaha untuk membuat saya tertarik melihat keluar. Dan ternyata pemandangan kawasan Dieng keren banget. Apalagi kawasannya masih ketutupan kabut semua jadi berasa lagi kaya lagi di negeri atas awan. Suhu pun lebih terasa dingin dari sebelumnya, kegiatan berikutnya adalah menikmati perjalanan sambil ga berenti melihat keluar jendela, menantap kekaguman alam ciptaan Allah, dan pikiran pun mulai terasa lebih fresh. Salut juga buat sopir elfnya dijalanan yang masih berkabut dan jarak pandang sangat terbatas ditambah lagi dengan sisi kanan dan kiri jalan yang klo ga tebing ya jurang tapi si sopir masih bisa melaju mobilnya dengan cepat.
Setelah 1 jam naik ELf kami pun sampai. Jam belum menuju ke angka 6 pagi tapi kami sudah sampai di pertigaan Dieng, jalanan masih sepi masih jarang sekali terlihat masyarakat beraktifitas. Kebetulan penginapan kami letaknya persis dipertigaan dan warnanya yang cukup mentereng warna merah, jadi tidak sulit buat kami menemukannya. Sebulan sebelumnya kami sudah reservasi penginapan untuk 2 hari 2 malam di Villa Djono melalui nomer tlp 085227389949 kamar VIP dengan harga Rp.200.000/ malam. Langsung aja deh masuk ke penginapan tapi pas di cek ternyata nama saya belum ada di daftar resevasi. Whattt???? padahal kita pun udah DP sebelumnya. Untunglah mas-masnya baik hati, jadi sambil nunggu kamar VIP yang masih ada orangnya kita boleh naro barang dan istirahat dulu dikamar lain yang kosong. Sepertinya diatas adalah bukan nomer penginapan resmi Bu Djono, karena saya pun tau nomer diatas lagi-lagi dari internet. Mungkin saja jika reservasi langsung harganya tidak Rp 200.000/malam. Fasilitas yang didapat dari kamar VIP adalah kamar mandi dalam dengan air hangat, TV kabel, lemari dan tempat tidur ukuran king bed. Karena saya pribadi tidak akan kuat klo ambil kamar biasa yang tidak ada fasilitas air hangatnya, Brrr . . . . disana airnya dingin banget bro, yang ada ga akan mandi-mandi klo ga ada air hangatnya. Pelayanannya di Villa Bu Djono sangat baik dan ramah. Disediakan juga guide tapi untuk kalian yang ingin mengexplore sendiri wilayah Dieng nanti akan dikasih petanya sama mas2nya.
Ini nomor tlp Bu Djono yang asli, silahkan jika ingin reservasi
|
Mumpung masih pagi, setelah menaruh barang bawaan dan cuci muka, kami langsung ke Kompleks Candi Arjuna. Candi Dieng dan penginapan hanya berjarak sekitar 5 menit jalan kaki. Karena masih pagi pos tiketnya pun belum ada penjaganya. Jadi kami masuk free alias gretongan. Pemandangan pagi hari di kompleks Candi Arjuna Indah sekali, masih banyak embun didaun-daunnya dan yang penting masih sepi. Alhamdullilah juga kondisi cuacanya cerah, jadi kami sempat menikmati silver sunrise yang terkenal itu. Langit terlihat warna silver mengkilat akibat pembiasan awan dengan sinar matahari.
Silver sunrise
|
Kompleks Candi Arjuna
|
Ini partner backpakeran saya Endah
|
Gaya dulu lah dengan backround candi
|
Puas menikmati kompleks candi Arjuna, saatnya mencari makanan untuk sarapan. Apalagi dari semalam saya belum kena nasi, jadi sarapan kali ini mau yang lebih berat. Disekitar kompleks candi ini banyak sekali warung-warung berjejer menjual makanan dan cendramata khas Dieng. Kami memesan nasi goreng dengan harga Rp 15.000/porsi, teh manis anget Rp 5.000, dan minuman khas Dieng yaitu purwecang Rp. 5.000, ternyata minuman ini rasanya aneh banget agak-agak pait kaya jamu baunya juga rempah-rempah banget. Sambil makan nasi goreng saya nyomot 2 gorengan yaitu tahu dan tempe kepul yang ternyata harga gorengannya Rp. 5.000/ satuan hahahaha, agak keselek si pas mau bayar gorengannya.
Setelah perut terisi penuh saatnya kembali ke penginapan, ganti baju sambil menunggu dijemput Pak Sugiono, guide kami. Saya pun sudah berjanjian dengan Pak Sugiono untuk mengantarkan saya dan Endah ke tempat-tempat wisata di Dieng sebulan sebelumnya. Walaupun sebenarnya tempat wisata ini bisa dijelajahi sendiri tapi lebih seru memakai jasa guide lokal, jadi banyak penjelasannya di setiap objek wisata. Saya kenal Pak Sugiono dari Aries teman saya yang sebulan sebelumnya sudah ke Dieng lebih dahulu. Untuk guide objek wisata Dieng 1, Dieng 2 dan puncak sikunir kami hanya dikenakan Rp.100.000/orang plus kami diantar menggunakan motor pribadi Pak Sugiono, jadi irit tidak perlu menyewa motor lagi atau nambah biaya ojek. Harga ini sangat murah jika dibandingkan dengan harga guide lain. Objek wisata Dieng 1 dan Dieng 2 biasanya dikenakan Rp. 150.000, Melihat sunrise saja Rp. 100.000 belum termasuk biaya penyewaan motor. Namanya juga backpakeran jadi kami mencari yang irit.com lah Hahahaha. Ini nomer Pak Sugiono jika ada yang berminat menggunakan jasanya 081226928216. Beliau adalah orang asli Dieng dan sudah menjadi guide senior untuk kawasan Dieng, orangnya sangat ramah dan "hobi bgt foto2in" kita tapi pake handphone pribadi saya tentunya jadi sangat cocok untuk kamu yang hobinya narsis. Jadi sangat tahu sejarah dan spot-spot menikmati dieng dengan lebih indah.
Destination 1 : kompleks Telaga warna
Tujuan pertama adalah telaga warna dan telaga pengilon yang berarti cermin. Untuk masuk objek ini anda dikenakan tiket sebesar 6.000/orang. Dari penginapan kami naik motor Pak Sugiono kira-kira 10 menit. Disini bisa menikmati indahnya telaga warna, mengapa di sebut telaga warna? karena warnanya bisa berubah-ubah sesuai dengan kondisi kadar belerang saat itu. Tetapi disini bau belerangnya tidak menyengat walaupun kadang-kadang tercium. Telaga warna termasuk kategori danau vulkanik, berarti danau ini terbentuk karena proses aktivitas magma, telaga warna merupakan bekas letusan gunung purba Dieng yang terjadi beberapa ratus tahun silam yang sekarang sudah tidak aktif lagi. Telaga yang katanya bisa berubah-ubah menjadi warna ungu, pink atau biru ini sangatlah indah. Pada saat saya kemari kebetulan warna telaga biru kehijau-jauan atau biasa disebut hijau tosca.
Pemandangan Telaga Warna dan Telaga Pengilon dari kejauhan
|
Ketemu turis, SKSD aja sekalian minta foto hahaha
|
Enaknya memakai guide kita bisa tahu spot-spot lain yang lebih menarik untuk menikmati setiap objek wisata, salah satunya ini kami diajak naik bukit oleh Pak Sugiono. Udah lama ga trecking naik bukit cuma segitu aja saya sudah semaput napas udah satu dua satu dua plus keringatan bercucuran. Tapi setelah sampai diatas bukit, Subhanallah banget pemandangannya, kita bisa melihat telaga warna dan telaga pengilon secara utuh. Telaga Pengilon letaknya disebelah telaga warna, telaga ini seharusnya berwarna bening sehingga disebut pengilon (cermin -red) yang bermakna sebagai refleksi diri kita, bercermin mengenai sisi baik dan sisi buruk hidup kita. Kebetulan ketika kami kesini sedang musim hujan jadi berubah menjadi butek atau warna cokelat. Sebenarnya kita bisa tracking menyelusuri kompleks wisata ini bareng sama bule-bule juga tapi mengingat tanjakan yang tadi aja udah semaput jadi mendingan pake track orang normal aja deh hehehe.
Suka banget sama pohon-pohon disini kaya lagi di Korea
|
Kembali lagi kebawah, Saatnya melihat telaga warna dan telaga pengilon dari jarak dekat, selain itu disini banyak terdapat gua-gua yang menurut pak Sugiono masih sering digunakan orang-orang untuk mencari pesugihan. Sambil jalan saya mendengarkan cerita-cerita mistis mengenai tempat-tempat disini dan semua merupakan kisah nyata. Gua yang kami telusuri adalah gua pengantin, disini ada kepercayaan jika kita memegang stalagtit sambil menyebutkan orang yang kita suka bisa memperenteng jodoh atau dipermudahkan jodonya. Hayooo . . . yang mau cepet ketemu jodohnya pegang yang lama ya stalagtitnya hehehehe. Kemudian kami ke gua Semar, ini gua khusus buat orang yang sedang mencari kekuasaan atau jabatan, silahkan deh bertapa disini. Tapi sebagai umat muslim saya si cuma cukup tau aja. Oh ya masih ada beberapa gua lagi yang memiliki khasiat khas yang beda-beda. Ada yang bisa bikin berlimpah harta juga, menurut Pak Sugiono di tanggal-tanggal tertentu banyak orang yang berjiarah juga ke gua-gua tersebut.
Destination 2 : Dieng Plateau Theater
Gedung di belakang kami adalah Plateau Dieng Theater |
Destination 3 : Kawah Sikidang
Setelah dari Dieng Plateu Theater kami langsung meluncur ke Kawah Sikidang. Jaraknya cukup jauh dari pintu pembelian tiket ke objek wisata, jadi memang diperlukan kendaraan untuk menuju ke sini. Sepanjang jalan menuju kawah kalian akan melihat pipa-pipa silver besar yang mengalirkan panas bumi. Tiket masuk ke Sikidang Rp. 10.000/orang, tapi karena ada Pak Sugiono jadi kita bayarnya Rp. 10.000 ber dua hehehhe.
Yang menjadi istimewa, kawahnya benar-benar bisa dilihat dari dekat |
Di Dieng sebenarnya ada 3 kawah yang terkenal di jadikan sebagai objek wisata ada kawah sileri, kawah candradimuka dan kawah Sikidang. Diantara 3 kawah tersebut yang paling terkenal adalah kawah Sikidang karena kemudahan aksesnya. Tapi disaat kami melakukan kunjungan kawah yang kadar belerangnya sedang aman saat itu hanyalah kawah Sikidang. Sesampai di parkiran langsung tercium bau khas kawah, bau belerang. Sikidang dalam bahasa Jawa berarti kijang. Dinamakan tersebut karena katanya kawah keluar lubang gasnya sewaktu-waktu bisa berpindah-pindah pada kawasan tersebut seperti kijang yang melompat.
Hati-hati dalam melangkah, banyak sumber air panas |
Yang membuat kawah di Dieng istimewa dibandingkan tempat lain adalah kita dapat melihat langsung dibibir kawah bagaimana aktivitas vulkanik terjadi dari dekat. Bahkan kita bisa masak telur langsung di kawah. Berbeda dengan ditempat lain, untuk menyaksikan aktivitas vulkanik di kawah tidak dapat dilihat langsung. Keindahan lainnya adalah pemandangan alam disekitar kawah sikidang perbukitan yang menghijau seakan sangat kontras dengan tanah kapur berwarna putih di sekitar kawah Sikidang.
Destination 4 : Gardu Pandang Tieng
tengah hari aja dingin, apalagi jam 5 pagi |
Di Dieng banyak kentang bergeletakan, boleh diambil loh klo mau |
Jika cuaca cerah, dari sini juga bisa terlihat sunrise |
Sebelumnya kami sudah janjian dengan Pak Sugiono jam 04.00 pagi untuk melihat golden sunrise di puncak sikunir, ternyata hujan terus terjadi sampai pagi. Entahlah saat itu suhu di Dieng berapa derajat yang pasti dingin sekali sampai saya menggigil sepanjang naik motor. Samapi di Gardu Pandang Tieng masih jam 04.30, masih sepi hanya ada saya, Endah dan Pak Sugiono saja tapi ada 1 warung yang buka. Karena hujan jadi tidak terlihat apa-apa semua tertutup kabut. Kata Pak Sugiono kujungan kami kurang tepat, Bagusnya berkumjung ke Dieng antara bulan Mei - Agustus, musim panas jadi tidak terkendala hujan. Gagal deh kami ke Puncak Cikunir. Setelah agak siang mulai berdatangan banyak rombongan pariwisata, dan tetap saja sampai jam 7an masih tertutupi kabut. Saya dan Endah ngopi-ngopi dambil sarapan kentang goreng. sebelum menuju ke destinasi selanjutnya kami foto-foto dulu di pintu masuk menuju Dieng mumpung jalanannya sepi.
Masih pagi jalanannya sepi, jarang dilintasi kendaraan. padahal ini jalan utama |
Foto berkali-kali di tengah jalan juga tidak terganggu |
Destination 6 : Mata air tuk bimo lukar
Tepat disebelah kanan jalan raya menuju Dieng ada mata air suci bagi umat Hindu kuno di kawasan Dieng yang bernama tuk bimo lukar. Pancurannya terbuat dari batu purba dan disimbolkan dengan batu lingga. Menurut cerita dimana nama dari Tuk Bimo Lukar dimaksudkan sebagai tempat ketika sang Bimoseno mensucikan diri. Tuk Bimo Lukar adalah hulu dari Sungai Serayu. Diyakini bisa menjadi awet muda apabila seseorang mencuci muka di mata ai r ini. saya dan Endah si coba-coba aja, tapi airnya emang nyegerin bikin ga ngantuk lagi. Sehari-harinya mata air ini digunakan warga sekitar untuk mengambil air minum atau kebutuhan lainnya.
sumber mata air terlihat dari jalan raya |
air pancurannya hanya ada 2 |
Destination 7 : Candi Condo Dorowati
Destinasi terakhir di Dieng candi Condo Dorowati, candi ini terletak di tengah-tenga pemukiman warga. Tidak banyak orang yang datang kesini mungkin karena aksesnya juga yang tidak semua orang tau kecuali memakai jasa guide. Disini tidak bayar tiket karena memang tidak ada penjagaan tiketnya.
Berakhir kunjungan kami keliling Dieng, kami diantar kembali ke penginapan sebelum akhirnya benar-benar berpisah dengan guide kami Pak Sugiono. Waktu masih pagi sekitar jam 10an tapi saya dengan Endah mau istirahat dulu sambil bersih-bersih dan packing kembali untuk pulang. Rencananya kami memang mau menghabiskan waktu di Dieng 3 hari 2 malam. Tapi mengingat kondisi di Dieng saat itu setiap sore sudah mulai hujan, kami memutuskan 2 hari 1 malam juga sudah cukup, lain kali jika ada kesempatan dan umur kami akan kembali lagi kesini masih banyak objek wisata yang belum kami datangi dan masih penasaran sama indahnya sunrise di puncak cikunir.
Destination 8 : Mie Ongklok Longkrang
Tidak lengkap rasanya jika kita berwisata ke suatu tempat tanpa mencicipi makanan khas suatu daerah. Makanan yang sudah melegenda di Wonosobo adalah mie ongklok, penasaran saya dengan rasanya mie ongklok seperti apa. Setelah bertanya-tanya pada orang-orang katanya mie ongklok yang sudah terkenal enaknya adalah mie Ongklok Longkrang yang terletak di jalan rongkang sebelah SD, setelah naik elf sampaikan kami di Longkrang pas banget udah waktunya buat makan siang. Tempatnya sangat sederhana tapi yang beli rame aja men, nunggu yang selesai makan dulu baru dapat duduk. Kami memesan 2 mie ongklok, 1 porsi sate (endah kurang suka daging-dagingan jadi 1 porsi aja buat saya), gorengan dan 2 teh manis.
Mie ongklok |
Mie ongklok adalah mie basah, dicampur sayuran kol dan daun bawang lalu disiram dengan bumbu kacang. Rasanya gurih-gurih manis. Enak si tapi saya penggemar masakan pedas agak kurang suka sama menu utama yang rasanya manis hehehe. Waktunya bayar, saya sudah siap-siap megang uang banyak tapi setelah bayar ternyata semua hanya 30 ribu aja. Tau murah gitu tadi nambah lagi aja hahahaha.
Perjalanan di lanjutkan naik angkot ke terminal Wonosobo untuk beli tiket bus ke Depok, karena bus tidak bisa dipesan lewat telepon harus pesan langsung ke terminal. Setelah megang tiket kami menuju ke Alun-alun Wonosobo. Ketika ke alun-alun sedang ada acara wisudaan jadi alun-alunnya rame saking ramenya jadi pusing liat banyak orang hilir mudik, walaupun masih siang tapi sudah mulai gerimis mengundang. Saya dan Endah memutuskan untuk segera kembali ke terminal walaupun masih harus nunggu lama sampai magrib. Berakhir lah perjalanan kami ke Wonosobo.
Rincian harga bulan Desember 2013, 2 hari 1 malam
- Tiket bis Pal - Wonosobo (Dieng Indah) : Rp. 105.000/orang
- Ongkos mikro bus Plasa Wonosobo - Dieng : Rp. 15.000/orang
- Tiket candi Arjuna: Gratis (belum ada penjaganya)
- Tiket masuk kawah Sikidang : Rp. 10.000/ 2orang
- Tiket masuk telaga warna : Rp. 4.000/orang
- Penginapan VIP : Rp. 200.000/ hari (cost sharing jadi Rp. 100.000/orang)
- Ongkos mikro bus Dieng - Wonosobo : Rp. 10.000/orang
- Mie ongklok (2 porsi mie + 1 porsi sate + 2 gorengan + 2 teh anget) : Rp. 30.000
- Ongkos angkot menuju terminal Wonosobo : Rp. 2.000
- Tiket Wonosobo - Jakarta (Dieng Indah) : Rp. 100.000/orang
Nice post... infonya menarik dan lengkap. :)
BalasHapusTerimakasih, semoga bermanfaat
HapusMaaf bisa kasih info lebih lanjut untuk tahun 2019 ini? Apakah harga masih sama?
BalasHapusSepertinya sudah naik semua karena ini harga tahun 2014, bisa silahkan kontak beberapa nomor yg sdh ada di atas ya. HAPPY VACATION
Hapus